Sabtu, 15 Februari 2014

Lucky Adventure

Kadang kita emang cuma bisa merencanakan. Bahkan ada rencana yang lebih baik dari apa yang kita rencanakan.
Aku nulis kayak gitu bukan karena aku habis baca buku terus termotivasi, tapi aku mengalaminya sendiri. Ini serius. Pengalaman emang guru terbaik deh.hehehe

Jadi petualangan ini terjadi sekitar seminggu yang lalu. Aku bertualang bersama Jennie aka Jens dan bang Jhon ke Situs Sejarah Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Kami sudah merencanakan petualangan ini sebelum UAS semester 1 dimulai lho. Stalking sana-sini buat tau gimana cara mencapai Trowulan bagi yang belum pernah ke sana dengan kendaraan umum. Ini adalah salah satu situs sumber kami http://www.mblusuk.com/306-Jelajah-Trowulan.html . Silakan dibuka kalo penasaran :) Situs ini memberikan kami kepercayaan diri bahwa Trowulan sangatlah bersahabat. Kami bahkan sudah siap jika harus tidur di Masjid atau Vihara. Kami juga siap jika harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Namanya juga petualangan, kan?

Akhirnya pada hari Jumat, 7 Februari 2014 kami memulai petualangan kami. Dari Surabaya kami menaiki kereta ekonomi dari Stasiun Gubeng ke Stasiun Mojokerto. Perjalanan kami tempuh selama 1 jam, kurang lebih. Trowulan bukanlah Mojokerto kota, so kita harus naik bus jurusan Tulungagung, atau Trenggalek, atau Solo, atau Jogja. Karena kesemua bus itu pasti melalui Trowulan. Tapi buat ke Terminal bus nya kami harus menaiki angkutan kota atau masyarakat setempat menyebutnya Line (baca aja kayak baca Bahasa Inggris biasa). Setelah itu kami naik bus dan berhenti di perempatan Trowulan.

Sebelumnya, Papa pernah bilang kalo di sana tinggal teman kuliahnya. Demi menyambung silaturahmi, sebelum kami melakukan petualangan kami singgah di rumah teman Papa itu, seorang guru SMP, namanya Bu Budi. Kami istirahat sejenak sambil menunggu Bang Jhon yang harus melaksanakan solat Jumat. Setelah itu, kami pun siap melanjutkan perjalanan. Eh kok malah ditawari makan siang dulu. Terus disiapkan kendaraan untuk kami mengelilingi situs sejarah yang jarak antar candi cukup jauh. Cuacanya pun gerimis saat itu. Kami pun terpaksa mengiyakan tawaran dari Bu Budi. Nggak terpaksa ding, namanya juga anak kost jadi ya seneng-seneng aja ditawari kayak gitu. hehehe

Tujuan pertama kami adalah pusat informasi Majapahit yang juga merupakan kantor pusatnya. Di sana kami disuguhkan buku bacaan terkait Majapahit. Sayang sekali padahal aku pingin baca lebih banyak tapi karena kami harus mengunjungi museum dan candi-candi yang sebentar lagi akan tutup jadi aku cukupkan 15 menit untuk membaca informasi mengenai Majapahit. Oke, yang ini mungkin aku bisa stalking lebih banyak di internet.

Selanjutnya kami menuju museum. Di depan museum terdapat Kolam Segaran yang konon ini merupakan tempat putri raja mandi. Kamu Putri Raja? Silakan mandi di sini.hehehee
Sangat disayangkan di dalam museum, seperti biasa, tidak diperkenankan memotret. Di dalam museum ini terdapat banyak arca-arca peninggalan Majapahit seperti arca para dewa, dan arca orang-orang penting di Majapahit. Miniatur rumah zaman Majapahit pun ada. Miniatur lokasi situs Majapahit juga ada. Karena sesaat setelah kami masuk pintu museum langsung ditutup, jadi kami nggak lama-lama di sana.

Kami langsung cabut ke candi. Candi pertama yang kami kunjungi adalah candi Bajang Ratu yang katanya candi ini merupakan pintu masuk ke sebuah bangunan suci yang disebutkan kembali ke dunia Wisnu. Aku nggak ngerti juga sih tapi candi ini megah banget. Reliefnya masih terlihat jelas. Sepertinya pemerintah punya cara lain untuk membuat candi ini tetap kokoh. Di tengahnya disanggah dengan tongkat yang terbuat dari besi.

Candi selanjutnya adalah candi tikus. Candi tikus ini seperti berada di tengah-tengah kolam. Konon dulu hama tikus yang menyerang padi bersembunyinya di sini karena hangat. Makanya dinamakan candi tikus. Candi tikus nggak semegah dan seapik candi Bajang Ratu. Mungkin karena fungsinya yang berbeda. Mungkin.

Selanjutnya adalah Wringin Lawang. Konon ini adalah pintu masuk Kerajaan Majapahit, makanya diberi nama 'Lawang' yang merupakan Bahasa Jawa. Jika di-Indonesiakan artinya Pintu. Dan di sebelahnya terdapat Pohon Beringin atau 'Wringin' dalam Bahasa Jawa. So, udah ngerti kan kenapa dinamakan Wringin Lawang?

Candi selanjutnya adalah Candi Gentong. Sayangnya saat kami ke sana gerbangnya sudah ditutup jadi kami cuma bisa lihat dari luar gerbang. Candi Gentong terlihat seperti candi yang belum jadi dan masih berserakan. Aku nggak ngerti juga sih cuma katanya dulu di sini banyak ditemukan gentong air minum.

Nah ini adalah candi terakhir yang kami kunjungi, yaitu Candi Brahu. Katanya candi ini merupakan tempat mayat raja-raja dikremasi, alias dibakar. Namun peneliti sejarah tidak menemukan adanya abu bekas pembakaran mayat di sini.

Sebenarnya masih banyak tempat-tempat sisa peninggalan Majapahit. Cuma kata Bapak yang mengantar kami keempat candi tersebut adalah yang paling besar dan paling terkenal. Berhubung sudah sore, lokasinya juga sudah banyak yang tutup, dan kami belum melakukan solat Ashar, kami sudahi perjalanan kami. Padahal rumah Bu Budi itu dekat lho sama Vihara yang terkenal itu. Vihara tersebut terkenal karena adanya Patung Budha Tidur. Sayang sudah sore dan sudah tutup :(

Setelah kami melakukan solat Ashar, aku diamanahkan ibuku untuk mengunjungi rumah ibunya teman ibuku di Mojokerto kota. Masih diantar oleh Bapak tadi, kami meluncur ke sana. Ngobrol ngalor-ngidul, nyemil sana-sini, beserta makan malamnya, sukseslah aku bersilaturahmi, menyambung tali persaudaraan. Mumpung di Mojokerto, katanya.

Ingin rasanya menyudahi kebaikan dari teman Ayahku itu, setelah kami kembali ke Trowulan. Kami ingin menjalankan rencana awal sebagai petualang yang handal, bermalam di sembarang tempat. Namun apa daya, kami pun tak memiliki alasan yang kuat untuk menolak tawaran menginap di rumah adiknya Bu Budi. Rumahnya persis di sebelah rumah Bu Budi. Sumpah, kami ini sungguh beruntung.

Bermalamlah kami di sana. Paginya kami harus pulang ke Surabaya karena kami sudah memesan tiketnya. Sebelum kami berpamitan kami disuguhkan sarapan Nasi Pecel plus Teh Hangatnya. Belum lagi cemilan-cemilan kecil yang mereka bungkuskan untuk kami bawa. Sumpah, kami ini sungguh beruntung. Ucapan terima kasih pun tak henti keluar dari mulut kami untuk Bu Budi dan adiknya.

Barulah kami meluncur ke Surabaya kembali menaiki kereta api ekonomi. Rasa puas dan senang masih terasa di hati kami. Lelah pun terbayar sudah. Sungguh, kami ini si Petualang yang Beruntung. :)

Candi Bajang Ratu
Maaf banget yang difoto cuma Bajang Ratunya. Saking bahagianya melihat candi-candi jadi nggak sempet foto sana-sini hehehe

Aisharya-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar