Senin, 16 Mei 2016

5,6 RICHTER SCALE EARTHQUAKE HIT SAITAMA!!!

Aku baru saja sampai kamar kosku. Duduk. Main hp. Malas buat ganti baju.

Tiba-tiba ada suara. Kencang. Kukira petir. Tapi kok lama. Bergetar.

Alarm di gedungku bunyi. Aku panik. Langsung keluar kamar. Lari ke bawah. Lari ke luar.

5 anak Indonesia keluar semua. Kita panik. Dan dari seluruh gedung cuma kita ditambah 2 mas-mas Jepang ganteng

Kalimat pertama yang mereka lontarkan adalah "Your first time?"

Gila bener. Aku heran.
1. Yang keluar gedung dari sekian banyak bangunan yang at least bertingkat 2, cuma kita bertujuh.
2. Sesering itukah gempa di Jepang sampai kalimat pertama yang dilontarkan adalah itu?

Beberapa menit di luar. Mas-mas ganteng itu masuk lagi ke dalam gedung. Kita ngikut.

Sampai beberapa menit anak-anak Indonesia ini agak alay. Nggak ada yang berani sendirian di kamar.


Well, sampai detik ini aku masih tegang.

Anyway, bicara soal gempa bumi. Dalam hidup aku, aku pernah beberapa kali mengalami gempa bumi.

1. Gempa Bumi Semarang. Saya saat masih berusia 4 tahun. Waktu itu ceritanya lagi mau ambil pisau di dapur buat potong apel. Terus tiba-tiba goyang. Lumayan kencang. Mungkin hampir mirip dengan gempa bumi barusan. Langsung keluar rumah dan berakhir dengan muka pucat.

2. Gempa Tasikmalaya. 2009. Waktu itu, keluargaku lagi memelihara kucing. Kucing kecil, lucu. Suka dimasukin ke lemari kayu kecil yang ada bolongannya dan ada pegangan besinya. Kucing itu suka banget mainin pegangan besinya dari bolongan kalo lagi di dalam. Entah gimana ceritanya tiba-tiba kucing itu kabur. Hilang. Suatu hari, aku lagi sendirian di rumah, pulang sekolah. Tiba-tiba aku dengar ada bunyi pegangan besi itu. Aku mikir, apa si kucing, tapi kan udah kabur. Terus aku cek ke lemari itu dan nggak ada si kucing. Terus aku kok merasa bergetar-getar. Dengan otak yang rada lelet saat itu, beberapa detik kemudian aku baru sadar itu gempa. Langsung aku keluar dan benar saja tetangga-tetanggaku sudah berhamburan keluar.

Ya, seingetku sih itu. Dimohon untuk tetap waspada dan selalu berdoa :)

Kamis, 05 Mei 2016

Ketemu Malaikat (?)

Postingan kali ini disponsori oleh teman saya dari kecil. Saya lagi cerita-cerita tentang pengalaman di Jepang. Terus kok kayaknya asik juga cerita satu ini di-post di blog.


Kejadian ini terjadi sekitar hampir dua minggu lalu. Tanggal 24-25 April 2016.

Tanggal 24 April, bertepatan dengan hari minggu. Rasanya aku sedang malas kemana-mana. Ditambah perasaan lagi mellow banget, masih homesick nggak karuan. Akhirnya hari itu kuputuskan untuk mengurung diri di kamar. Sampai-sampai aku nggak ngebukain pintu buat teman-temanku yang nge-bel kamarku. Berkali-kali. Sepanjang hari. hahaha oke aku jahat banget. Tapi ya, gini deh kalo penyakitnya lagi kumat: nggak mau diganggu!

Rasa-rasanya kok nggak berguna banget hidup kalau cuma dihabiskan di kamar. Akhirnya hari senin kuputuskan untuk keluar kamar. Masih dalam keadaan nggak mau diganggu, akhirnya aku pergi ke kampus diam-diam dari teman-teman saya, dan pergi dari kampus diam-diam.

Hari itu masih sore, tapi aku sudah bosan dengan dunia kampus. Kuputuskan untuk pergi ke Post Office, kalau bahasa Jepang -- Yubinkyoku. Pengen rasanya ngirim kartu pos ke sanak-saudara. Aku tau letak kantor pos dekat stasiun, akhirnya kunaiki bis gratis menuju stasiun dan kumenuju arah kantor pos. Nggak ada tulisan besar-besar "YUBINKYOKU", nggak ada. cuma ada lambang-lambang yang kucurigai sebagai kantor pos.

Kudekati bangunan dengan lambang itu. Aku semakin yakin kalo itu kantor pos. Tapi buat meyakinkan lagi sebelum masuk, kuberanikan diri bertanya dengan seorang ibu-ibu tua yang sudah menyelesaikan urusannya di bangunan itu.
"Sore wa yubinkyoku desu ka?" Apakah itu kantor pos?
"Hai, hai. yubinkyoku desu."
"Arigatou gozaimasu" sambil membungkukkan badan.

Kumasuki lah gedung itu.

Bingung.

Aku bener-bener nggak ngerti harus ngapain. Namanya juga random, nggak ada persiapan buat pergi ke kantor pos, apalagi buat browsing-browsing. Nggak mau berlama-lama akhirnya kutanya bapak-bapak paruh baya yang kayaknya sih petugas, tapi ternyata bukan hahaha.
Tujuanku adalah kartu pos.
"Sumimasen, pos kaado?"
Dia bingung.
Hm, kubuka kamus jepang.
"Hagaki desu--kartu pos"
"Oh, sore wa--itu" sambil nunjuk ke loket yang ada petugasnya.
"Oh hai, arigatou"

Aku jalan sekitar dua atau tiga langkah ke loket itu.
"Konnichiwa" sapanya. Mbak-mbak, kayaknya umurnya masih 25-an lah.
"Konnichiwa. Ehm...hagaki?"
Dia mengambil beberapa kartu pos.
Polos.
Nggak kayak yang aku harapkan, yang ada gambar-gambarnya gitu.
Aku nggak tau  mau ngomong bahasa jepangnya kayak apa.
Oke, buka kamus.

"Betsu no--lainnya?"
"Oh, cotto--tunggu" dia ngambil. Sama aja. Polosan. waduh, apaan yak gimana.
Aku putar otak. Aku lihat di belakang mbaknya ada gambar-gambar lucu.
"Sore wa nan desu ka? -- itu apa?" Dia ngambil yang aku tunjuk
"Sore mo hagaki desu. Ini kartu pos juga"
"Waaa ikura desu ka? -- Berapa harganya?"
Dia nulis angka 185 di kertas catatannya.
"Oh, hai, cotto." Aku milih-milih. "Kore wa--ini"
"Ehm, Indonesia, ikura desu ka"
Terus tiba-tiba dia ngeluarin perangko. Nunjuk-nunjuk. Ngomong yang aku nggak ngerti artinya. Sumpah bener-bener dah. Dia juga bingung.

Tiba-tiba ada yang nyolek aku dari belakang. Aku deg-degan. Ini beneran deg-degan. Banget. Soalnya kan aku lagi males ketemu orang yang aku kenal, kan. Takut kalo itu temenku.

Aku nengok. Mbak-mbak. Penampilannya kayak cewek Jepang pada umumnya. Rambut lurus agak coklat, mata sipit, kulit putih, nggak begitu tinggi. Dia kelihatan lagi antri buat tarik uang di ATM.

"Orang Indonesia?" Sumpah aku kaget. Orang ini pernah ke Indonesia kalik dulunya, pikirku.
"Iya." Balasku. 
"Are you okay? Bisa bahasanya?" Wah, orang ini gimana sih. Orang Indonesia kah? batinku
Aku nyengir. Aku jujur kalo kesulitan. Akhirnya aku mbak-mbak tadi ngejelasin apa yang tadi dia jelasin ke aku.
"Oalah, kamu kalo mau kirim ke Indonesia harus pake perangko itu. Yang 100 sama 120. Kalo yang internal Jepang yang 100 aja cukup"
Mulutku membentuk huruf "O".
"Tapi aku mau kirim satu aja, yang lainnya mungkin nanti" Terus dia jelasin ke mbak-mbak petugasnya. Daaan...beres!
Sambil mbak petugasnya menghitung pengeluaranku dan  membungkusnya, aku sempetin nanya identitasnya dan dia juga nanya identitasku.

Dia orang Indonesia. Pergi ke kantor pos sama Ibu mertuanya. Suaminya asli Jepang. Dia sudah 13 tahun tinggal di Jepang. Rumahnya sekitar Higashi-Omiya juga, daerah Nana-sato.

Setelah selesai dan berterima kasih-terima kasih, aku duduk buat nulis di kartu pos. Terus dia ke pintu keluar. Pergi. Hilang. Perasaan tadi dia antri ATM.

Hm, mungkin malaikat, pikirku. wahahahaaa

Akhirnya kutulis kartu pos buat keluarga di Bekasi. Menempelnya dengan perangko, dan memasukkannya ke kotak pos. Katanya, dalam 10 hari akan tiba di tempat tujuan.

Setelah itu, kulanjutkan jalan-jalan sendiriku menuju  Hikawa Shrine dekat sini. Ada. Kecil. Ceritanya di postingan selanjutnya, ya!

Kamis, 28 April 2016

Apa Kabar, Sayang?

Apa kabar, Sayang?

Aku masih bertanya-tanya dalam benakku

Mengapa semakin lama

Aku tidak lagi mengenal dirimu

Semakin lama semakin jauh

Apakah.....

Kita memang ditakdirkan untuk semakin menjauh

Lalu terpisah?

Apakah kamu ingin, Sayang?



Apa kabar, Sayang?

Apakah kamu 

Masih ingin mendengar kicauanku?

Yang dulu selalu kamu minta, kamu tunggu

Apakah kicauanku semakin keras

Sehingga merusak gendang telingamu?

Menyimpan kerinduan terlalu lama itu

Tidak enak, sayang

Aku bahkan tidak tahu apakah kamu

Masih ingin dirindukan

Apalagi merindukan

Sayang,

Izinkan aku kembali menatap matamu

Dan memanggilmu

Sayang

Nggak jelas, Pek. Apa-apaan ini. wahahaahaaaa ternyata aku masih bisa bermelankoli. Halah, aku juga ga pernah bagus membuat syair-syair melankoli seperti pujangga di Official Account Line, kan?

Selasa, 26 April 2016

Yaps!

Habis nulis artikel barusan, ceritanya aku scroll-down-in blog aku sampe bawaaaaaaaahhhh banget.

Baca. Ngakak sendiri. Senyum-senyum. Malu juga. Ngapain dah hal yang sebenarnya nggak penting aja ditulis wakaka

Terus nemu postingan. Aku ngepost itu dan menghubungkan dengan artikel temanku di blognya sendiri.

Dia nulis tentang aku!

Tentang Gilanya aku

Tentang aku di mata dia

Tentang kebiasaan-kebiasaan kita waktu itu

Waktu dia ngepost itu

Semester Dua

Sekarang Semester Enam


Terus tiba-tiba aku baper. Hal-hal yang terjadi saat itu rasanya sangat menggembirakan. Nggak ada beban tugas yang bikin orang senggol bacok sekarang. Nggak ada sesuatu yang bikin emosi. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana, dan baik-baik saja.

Ah, tapi toh hidup kalo lempeng aja namanya bukan hidup. Nggak ada perkembangan. Lagian toh waktu itu kita masih semester dua. Masih tau hal-hal baik dari temen-temen kita, belum sampe berantem. Nah, kalo udah dongkol-dongkolan tapi masih aja temenan, masih aja kemana-mana bareng, atau kalo lagi jauh gini masih aja chat-chat-an, yaaa namanya besties ituuu waaaaa....kangen banget.

Postingan Baper.
Udah gitu aja.

Negeri Sakura

Weheeee....janjinya doang lu mah, Nas, katanya mau nulis lagi hm.

Oke ini nulis lagi.

Siap?


Dua Puluh Enam April Dua Ribu Enam Belas. Tandanya, sudah dua puluh enam hari saya berada di Negeri antah berantah ini. Negara yang terkenal dengan sakuranya, memang sengaja kubilang antah berantah, because everything is new here. Dari kampusnya, makanannya, dosennya, bahasanya, tempat tinggalnya, temen-temennya, dan waktu dua puluh enam hari belum cukup buat menyingkirkan homesick-ku.

Kangen. Banget. Sama semuanya.

Tapi aku selalu ingat mau apa aku di sini, mau jadi apa setelah ini ada di tanganku. Nggak mau lah perjalanan yang menyita banyak waktu, menguras banyak tenaga dan menghabiskan banyak materi ini terbuang sia-sia. Yaps, banyak yang ingin aku pelajari dari Negeri Sakura ini. Aku ingin membuktikan yang katanya......katanya......dan katanya.

Kalo orang-orang nanya, "Mbak, ngapain di Jepang? Pertukaran Pelajar, ya?" lalu pertanyaan itu kujawab iya, maka lanjutannya adalah "Wih, pinter, dong?" Lalu kubalas dengan cengiranku yang asam. Kalau dibilang pinter banget sih nggak juga. Bahkan kalo aku perhatikan, aku hanya anak-anak biasa di kampus. Aktivis yang gak aktif-aktif banget, akademik juga biasa aja. Bahasa Inggris, aku bahkan takut buat nulis artikel ini pake bahasa Inggris. Aku cuma salah satu orang yang beruntung yang mengambil kesempatan yang ada, dan mau terus belajar dengan tekanan kebodohanku ini. Udah, itu aja. Ya, masing-masing orang punya tujuan hidup masing-masing kan, dan aku yakin kok mereka yang nggak terekspos prestasinya, bukan berarti orang yang nggak berprestasi, kan?

Hm, ini postingan random banget gara-gara habis baca blognya seniorku wahahaha

Udah ya,

Salam Rindu dari Negeri Sakura.