Selasa, 29 April 2014

Tentang aku

Mau tau pandangan orang lain tentang aku?
"enggak tuh"
"yaudah gak usah" huhuuuu *ngerengek nangis di bawah shower*

buka  ini!!

jadi yang sudah berani-beraninya mendeskripsikan aku ini namanya memes. mega suryaningsih. dia mau banget ditulis di blog-ku. tapi aku belum mood. entar ajalah yaaaaaa hahaha :*

Kamis, 24 April 2014

Ini adalah Malam

Ini adalah malam
Yang menyisakan sayup-sayup bekas suara hujan
Malam yang terus meredup
Menyisakan aku dalam keheningan
Membiarkan aku menutup mata dan bergulat dalam pikiran

Ini adalah hujan
Yang menyeret kenangan-kenangan
Hujan rintik yang masih tersisa
Meleburkan aku dalam kenangan, dan terhapus oleh hujan
Menyatukan aku dengan kenangan, dan menjatuhkan aku dalam diam

Ini bukan salah malam,
Ini juga bukan salah hujan.
Aku juga tidak menyalahkan kenangan
Tapi kenangan membawaku dalam sebuah kisah
Ketika kamu terhanyut dalam air mata,
Ketika aku terhentak oleh lara,
Kamu dan aku menyatukan kekuatan di atas itu semua

Hanya dalam satu gertakan, semua itu musnah
Tidak lagi kuhirup aroma lembutmu

Hanya dalam satu kali malam dan satu kali hujan
Yang masih terus meredup dalam rintik yang tersisa
Aku dan kenangan terlebur,
Membawaku terjatuh dalam diam.


buat orang yang pengen dirinya ditulis di blog-ku. nggak usah sebut nama kali, ya.hehe
Aisharya, 24-04-2014 18.45

Sabtu, 19 April 2014

Ini Malam Minggu, Bro!

Ini malam minggu, Bro!

Niatnya cuma di kosan.

Niatnya cuma main laptop di kosan.

Niatnya cuma main laptop terus tidur di kosan.

Niatnya cuma main laptop terus tidur terus bangun pagi di kosan.

Tapi karena niat itu nggak seberapa kuat dengan godaan ajakan keluar yang diajukan oleh seorang temanku, akhirnya aku keluar dari kosan.

Keluar dari kosan.

Keluar dari kosan niatnya cuma mau makan malam.

Keluar dari kosan niatnya cuma mau makan malam di sekitar Surabaya.

Faiz namanya, yang menghancurkan semua niat-niatku.

17.50
F : Nas, nganggur gak lu? Mau keluar gak?
18.01
I : Ayo, habis isya aja ya
18.02
F : mau kemana enaknya?
18.12
I : terseraaahhh..........

gak dibales

18.35
I : sutos dah yuk. belum pernah kan lu kesana? gak ada apa-apaan sih.

gak dibales

18.59
I :  jadi gak? kalo jadi gua siap-siap nih

19.31
F : Nas, jadi gak nih??

Dan Delivery Report sms-smsku yg nggak dibales tadi baru bermunculan.

19.31
I : Astagaaaaa kenapa baru pada deliv sms guaa. Ayo dah jadiin

19.32
F: Ya udah, ayo jalan. Gua siap-siap

19.36
I : Gua juga

19.40
F : Nas gua otw
 
19.55
F : Nas, gua udah di depan kos lu


Berangkatlah kami, padahal si Faiz belum menentukan mau ke mana tujuan kita. Dia menyatakan bahwa dia nggak mau ke sutos, tapi pengen tau Sutos itu di mana. Tapi dia juga nggak tau mau makan di mana kita.

Aku nurutin maunya dia. Kita caw ke Sutos. Habis gitu kita sama sekali nggak tau mau makan di mana. Aku ingat-ingat kalo di Jalan Walikota Mustajab itu banyak makanan. Melaju lah kami ke sana. Ternyata nggak begitu banyak, bahkan banyak yang tutup. Tapi ada Sate Klopo yang asapnya mengepul sampai ke jalanan. Tapi kami kebablasan. Sambil memutar arah kubilang ke Faiz kalo (katanya) Sate Klopo yang tadi itu enak. Setelah memutar arah sebelum sampai di Sate Klopo, ternyata kami berdua baru ingat kalau kami belum ambil uang di ATM! Putar arah lagi lah kami cari ATM.

Akhirnya ATMnya ketemu, tapi ternyata sulit kalau mau berbelok ke Sate Klopo tadi setelah keluar dari ATM. Si Faiz nyeplos, "Sidoarjo dah yuk. Daripada bingung." Aku melihat jam: 21.05. Dan seketika aku balas, "Ayo dah". Faiz nggak percaya, "Serius, lu." Kujawab, "Yee, gue diseriusin. Ya serius, lah!"

Motor kami melaju dengan cepat ke Sidoarjo. Padahal di antara kami nggak ada yang tau mau makan di mana kalau di Sidoarjo. Ya, pokoknya jalan.

Nyampe tengah kota Sidoarjo (kayaknya sih tengah kota), aku melihat tulisan sangat menarik: Spesial Iga Bakar. Letaknya di jalan KH Mukmin no.31 Sidoarjo. Aku dan Faiz langsung memastikan bahwa kami akan makan malam di sana.

Jam menunjukkan pukul 21.50 ketika kami sampai di sana. Dan tempat makan itu tutupnya jam 22.00. Kami adalah pengunjung terakhir! hahaha

Aku pesan Iga Bakar Cabe Ijo (28K), Jus Stroberi (10K), sama Air Mineral(4K).
Faiz pesan Iga Penyet (28K), sama Jeruk Manis Hangat (8K).

Pesanan kami belum sampai di meja mas-mas petugas udah naroh plang tanda tempat makan di tutup, lho. Fix banget kan kalau kita itu pelanggan terakhir! hahaha

64K + 22 K = 66K :D
Selesai makan, aku minta bill.

"Enam puluh enam, mbak," kata mas-mas petugasnya. Aku ambil bill-nya. Aku lihat, aku mulai curiga. Tapi aku diam aja, nggak mau bicara, dan berpikir Mungkin mereka punya perhitungannya sendiri. Aku langsung mengeluarkan satu lembar lima puluh ribu, satu lembar sepuluh ribu, satu lembar lima ribu, dan satu lembar uang seribu. Uang pas!

Ketika berjalan ke parkiran si Faiz nanya dia habis berapa, buat gantiin uangku yang kubayarkam tadi. Hitung-hitung, dia habis 40K.

Pukul 22.15 kami pulang. Di jalan aku kepikiran pembayaran tadi. Total habisnya kan 66K. Kalo si Faiz 40K, masa aku cuma habis 26K padahal minumanku lebih banyak. Aku mikir. Kuminta bill yang Faiz pegang.

Ternyata si Abang petugas tempat makan salah hitung. Harusnya kami berdua habis 86K. Tapi mungkin karena udah malam dan ngantuk jadi ditulisnya 66K.

Ketika menyadari itu, posisi kami sudah jauh dari tempat makan. Nggak mungkin lah kami balik ke sana lagi, udah malam juga. Jadi, kami anggap itu sebagai kortingan karena kami adalah pelanggan terakhir.Ngakak sampai habis dah itu di motor sama si Faiz. Duh, parah, dah! Tapi alhamdulillah, Bro!

Akhirnya aku sampai di kosan jam 23.00. Langsung aku buka laptop, nggak tahan mau cerita di blog.wkwkwk



20.04.2014-00.06

Jumat, 18 April 2014

yang Tertiba, yang Didamba

yang Tertiba, yang Didamba

Di garis pantai ini aku meneriakkan lengkingan kebebasan

Di atas perahu kayu ini aku mendapatkan
sesuatu yang sering kudamba, saat terpendam emosi jiwa

Di saat mentari perlahan menyembunyikan dirinya
yang menjadikan senja berselimut oranye,
aku bercerita tentang sebuah perjalanan
untuk menggapai secuil kebahagiaan.

Perjalanan yang tertiba,
perjalanan yang didamba 


Wah, senang rasanya bisa menulis sebuah syair sederhana lagi seperti di atas. Jadi aku mau sekedar cerita perjalanan tak terduga selanjutnya. Hari ini, 18 April 2014, Pantai Camplong (lagi) bersama personil lain, secara tidak sengaja. Catat, TIDAK SENGAJA!

Kenapa di atas kubilang lagi? Baca ini. Kalau baca postinganku yang itu, pasti ngerti, lah hahaha

Tanggal hari ini adalah tanggal berwarna merah di kalender yang bertepatan dengan hari Jumat. Itu artinya, ini adalah LONG WEEKEND! Di awal aku menyadari bahwa ini adalah akhir pekan yang panjang aku malah sedih. Kenapa? Karena aku nggak bisa pulang, soalnya aku masih punya tanggungan di kampus. Aku iri banget lihat teman-teman pada pulang. Yang dari Jakarta dan sekitarnya aja pulang, apalagi yang rumahnya masih di Jawa Timur. Surabaya sepi, bro!

Bersama teman-teman rantau yang senasib, aku merencanakan liburan untuk hari ini. Sumpah, nggak ada yang ngasih kejelasan mau pergi kemana, sama siapa aja, naik apa. Akhirnya aku ajak beberapa anak buat makan siang di Bebek Sinjay, Madura. (Untuk yang nggak kuajak, aku bukannya jahat sama kamu, tapi aku mempertimbangkan keadaan yang mungkin terjadi selanjutnya. Maaf, ya) Akhirnya aku pergi juga bersama 4 orang lainnya: Afif, Dian, Selvy, Wihel. Kami berangkat sekitar pukul 13.30 gara-gara nungguin si Afif habis solat Jumat dandannya lama banget-_- hahaha

Kalau mendengar kata Bebek Sinjay pasti langsung terbayang gimana ramenya tempat itu, gimana ngantrinya. Tapi betapa beruntungnya, ketika kami ke sana, tempat makannya nggak seberapa rame kalo dibandingkan dengan hari-hari libur lainnya. Biasanya bisa sampai 2 kilometer tuh ngantrinya *lebay* hahaha. Emang masih ngantri, sih, tapi nggak seberapa, lah.

Jam masih menunjukkan pukul 3 kurang 15 menit ketika kami selesai makan. Si Wihel bilang, "mumpung di Madura, nih, ke pantai, yuk!" Aku sebenarnya ragu, soalnya cuacalagi hujan saat itu. Dian pun mau ada janji jam 6 di Surabaya. Tolak halus sana-sini akhirnya Wihel menang. Setelah solat Ashar, melaju lah kami ke Kabupaten Sampang, tempat Pantai Camplong berada.



dari kiri: aku, selvy, dian, wihel, afif



Nyampe. Tapi sayang, langitnya agak mendung. Sayang banget sunset-nya jadi agak nggak kelihatan. Tapi langitnya tetep keren banget, bro!! Nyampe di sana kami langsung naik perahu kayu yang membawa kami ke tengah laut, terus balik lagi. Foto sana-sini, ketawa sana-sini sampai setelah kami turun dari perahu Adzan Maghrib berkumandang. Kami solat Maghrib, terus langsung pulang. Dian nggak jadi janjian, soalnya orang yang dijanjiin juga masih dalam perjalanan. Dan cuma seperti itu yang kami lakukan di Pantai Camplong. Hahaha

FYI nih, Pulau Madura itu masih belum banyak pembangunan. Pulau Madura juga masih belum banyak polusi cahaya. Nah, pas perjalanan pulang dan posisi kami sedang di tengah hutannya Madura *lebay*, aku iseng ngelihat langit. Dan asal kamu tau, bro, BINTANG BERTABURAN. Berasa ditaburin bintang banyak banget. Sumpah keren! Keren banget! Hal-hal yang kayak gini nih yang jarang banget ditemukan di kota besar, soalnya cahaya kota ngalah-ngalahin kecemerlangan bintang.

Obrolan terus menerus terlontar ketika perjalanan pulang. Satu kalimat yang masih terngiang di telingaku saat ini: "Kita ini aneh, ya. Giliran direncanain matang nggak pernah terlaksana rencananya, giliran nggak direncanain malah jadi."

18-04-2014 23.36

Kota Bekasi (lagi)

Ingat postingan mengenai ini?

Tadi papa nelpon, katanya mau comment kok nggak bisa. Ternyata papa belum punya account gmail buat komen-komen tulisanku. hahaha akhirnya beliau nelpon dan bilang:

Bekasi itu dulu terkenal, lho, mbak. Kan ada puisinya Chairil Anwar yang Karawang Bekasi.

Terus aku ber a-o ria, aku juga masih nggak paham kenapa kemarin nggak kepikiran itu sama sekali. Nah postingan kali ini berisi puisinya Chairil Anwar yang Karawang Bekasi.

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
 
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)

Jumat, 11 April 2014

Dewasa

Masih jam 5 pagi, dan aku udah nggak tahan buat ngangkat judul ini di blog. Padahal tugas review jurnalku belum dikerjain sama sekali, sedangkan Senin pagi sudah harus dikumpulkan. Pemalas? Oh, jelas tidak. #beladirisendiri haha
 
Jadi gini, entah aku yang lebay apa gimana, tapi di masa perkuliahan ini tuh orang-orang bermasalah banget sama status dirinya yang masih jomblo, atau baru jomblo, atau ngakunya single tapi tetep aja jomblo. Seakan-akan takut banget selepas kuliah nggak dapat pasangan hidup. Aku juga sih, tapi aku biasa aja sama status ini, toh jodoh juga pasti datang di waktu yang tepat #cieeeeehhhh

Di antara sekian wanita yang merasa dirinya jomblo, pasti dari  mereka ada yang menetapkan kriteria pria idaman. Satu yang pasti terucap kalau ditanya kriteria adalah dewasa. Ya, siapa juga yang nggak mau punya pasangan yang dewasa, yang bisa membimbing dirinya di dunia dan di akhirat. #ciehlagi
 
Nah, yang menjadi pertanyaan adalah, apa sih makna dewasa itu?
 
Apakah usia menjadi jaminan dia sudah dewasa?
 
Menurutku, 
  • Dewasa itu nggak bisa dilihat dari fisik.
  • Dewasa itu berkaitan banget sama pemikiran.
  • Dewasa itu berkaitan banget sama kebiasaan.
  • Dewasa itu berprinsip.
  • Dewasa itu yang bisa menjadikan kewajibannya menjadi kebiasaan. #yginikeren

Jadi, dewasa itu nggak semata-mata dilihat dari umur, terus omongan yang sok-sok bijak, enggak sama sekali. Nggak semata-mata yang umurnya sudah 22 itu yang dewasa dibanding umur 19. Ini dewasa, bukan tua. Tolong bedakan. Walaupun memang bisa jadi karena pengalaman hidupnya yang sudah lebih banyak, tapi menurutku pengamatan kedewasaan itu harus dilakukan lebih. Kalau mau melihat seorang itu dewasa atau enggak, nggak bisa dilihat sehari-dua hari. Pengamatan yang lama aja membutuhkan kepekaan tingkat dewa.
 
Tapi yang perlu diingat: ini hanya pemikiran dan benar-benar murni pikiranku aja.
 
Lagi, yang dewasa itu belum tentu sempurna.  Jadi, jangan menuntut kedewasaan seseorang dengan kesempurnaan.
 
Saya pun masih belajar untuk bisa lebih dewasa.
 
#inasedisisokbijak
#inasbelumdewasa

12-04-2014 05.37 Aisharya

Minggu, 06 April 2014

Kota Bekasi

     Malam hampir menjelang. Kumainkan kursor di laptopku. Entah apa yang kulakukan. Termenung melihat twitter di layar. Tidak ada apa-apa. Kulahap sepotong roti bakar di sampingku, pandanganku kosong. Entah apa yang kupikirkan.
 
     Tweet demi tweet bermunculan. Aku nggak ngerti, apa perasaanku yang lagi sensitif, atau apa, namun kurasa banyak sekali tweet bertemakan ‘Bekasi’ atau ‘Pulang’ atau yang lebih parah ‘Pulang ke Bekasi’, apalah itu.
 
     Ya, Bekasi. Bekasi hanyalah sebuah kota di pinggiran Ibu Kota Negara, di pinggiran Jakarta. Kalau ditanya di Bekasi ada apa, jawabanku nggak banyak. Di Bekasi cuma ada rumahku, sekolahku, dan kehidupanku. Mall di mana-mana. Nggak kayak Surabaya yang minimal masih punya beberapa tempat sejarah, apalagi kayak Malang yang wisatanya di mana-mana. Ya, inilah Bekasi. Cuma sebuah kota yang lebih banyak ikut-ikutnya daripada membangun jati dirinya.

Ya, macet. Ya, panas. Ya, jalanannya jelek. Ya, nggak ada tempat hiburan.

Ya, ya, ya, ya!!!!

     Aku menjelek-jelekkan Bekasi? Ya terserah kamu aja mau bilang apa. Aku cuma mengungkapkan menurutku aja, kok. Toh bagaimanapun Bekasi, aku tetap rindu sama Bekasi. 2002-2013. Terserah juga deh mau bilang itu lama atau sebentar. Aku tetap kangen Bekasi beserta isi-isinya
 
     Percaya atau enggak, aku baru tau sejarahnya Bekasi ya pas mau nulis postingan ini. Jadi ternyata, dulu tuh Bekasi adalah ibukota Kerajaan Tarumanegara dengan sebutan Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri. Di Bekasi lah tempat asal Maharaja Tarusbawa, pendiri Kerajaan Sunda. Waktu jaman kolonial Belanda, banyak orang keturunan Cina tinggal di sini. Hm, Bekasi dulu merupakan salah satu kantor dari Kabupaten Meester Cornelis, atau Jatinegara. Tahun 1950 namanya diubah menjadi Kabupaten Bekasi. Tahun 1982 jadi kota administratif Bekasi. Tahun 1996 namanya jadi Kotamadya Bekasi. (Sumber: Wikipedia)
 
     Lumayan, lah, kangen-kangen jadi nambah pengetahuan.hehehe Nah, apakah menurut kalian kangenku sudah hilang? Belum, sampai pada akhirnya aku sendiri yang menginjakkan kaki di Kota Bekasi.

Sampai bertemu, Kota Bekasi.





06-04-2013  18.24

Kamis, 03 April 2014

Fenomena Alay

Selfie dengan kamera tepat di atas kepala, pipi digembungkan, bibir dimanyunkan, telunjuk diletakkan di depan bibir. Cekrekkkk...... Lalu hasil foto seperti ini menjamur di sosial media.

Lalu kamu cuma bisa senyum-senyum.

Cengar-cengir.

Iya, kan? Karena kamu teringat masa lalumu.

Kuakui, aku juga pernah menjadi alayers seperti itu. Kusadari sekarang, bahwa fenomena alay adalah proses pendewasaan diri. Sepakat, teman-teman? Karena sebagian besar pelaku alay adalah remaja yang baru masuk SMP.

Ya, walaupun aku nggak tau sih SMP jaman sekarang itu kayak SMP jaman dulu atau enggak. Karena di setiap masa dan setiap daerah kasusnya berbeda. Anak yang usianya udah 17 tahun ke atas aja masih ada, kok. Semua kembali lagi ke lingkungannya.

Menurutku, pencerdasan tentang kata dan kalimat baku juga penting kayaknya. Biar minimal kalau sms, walaupun disingkat tapi masih bisa dipahami. Biar kalau ada tugas karya tulis nggak bingung lagi cara nulis yang benar itu kayak gimana. Minimal dapat dipahami.
Padahal tulisan-tulisanku di blog ngaco semua, nggak berdasarkan kaidah yang ditetapkan. Ah, bodo amat, yang penting masih bisa dipahami.

Jadi latar belakang aku mengangkat tema ini buat di-post di blog adalah karya tulisku di facebook pada sekitar tahun 2008-2009. Jaman SMP, jaman-jamannya peralihan dari friendster ke facebook. Andai aku buka friendster, pasti aku ngakak nggak ketulungan.wkwkw

Setelah menemukan puisi yang dalem banget yang udah ku-post sebelum ini, aku menemukan note-noteku yang lain. Beberapa berisi puisi karya anak jaman SMP (padahal aku sendiri yang buat), beberapa kutipan syair dari penyair terkenal, beberapa sisanya adalah note curhat.

Iya curhat.

Tentang apa aja.

Okelah kalau tulisannya oke. Okelah kalau makna yang terkandung di dalamnya keren. Ini enggak. Sama sekali.
Kalau penasaran buka link ini aja. Aku nggak kuat ngetiknya. :")

Well, sebenernya ketika aku nulis note-note tersebut saat itu aku nggak kepikiran apa-apa. Yang penting aku bisa memuaskan hasratku buat nulis. Saat itu aku menilai diriku tidak alay sama sekali. Bahkan aku pernah jauh lebih alay lagi sekitar tahun 2007/2008. Saat jamannya friendster. Saat tulisan masih sEpErTi iNi. dan menurutku saat itu, itu KEREN.

Aku bahkan nggak tau, mungkin beberapa tahun lagi ketika aku membaca postingan kali ini aku men-cap diriku alay saat ini.

Jadi alay itu apa? Tafsirkan saja sendiri. Aku bahkan nggak tau aku alay atau enggak. Aku membuka aibku sendiri di sini. Hm, menurutku ini bukan aib, ding, ini adalah bagian dari masa laluku. Menurutku, semua itu indah pada saat itu.

Aku pun baru sadar, kalau tulisan ini ternyata sangat random. Mengapa aku harus mengangkat tema alay pada postingan kali ini, dan menceritakan masa laluku? :""D aku juga nggak ngerti.

KAMI TAHU - sebuah puisi

Jadi ceritanya malam ini aku stalking diriku sendiri di facebook. Aku menemukan sesuatu yang membuat memoriku kembali, tapi tidak usang sama sekali. Sebuah puisi yang menceritakan tentang rasa kesal dan kecewa. Dulu curhat, tapi aku nggak tau kenapa sebegitunya ya waktu itu.hahaha

Check this out!

Benda tertajam di muka bumi
Menusuk dalam, hati setiap insan
Ciptakan luka terparah yang pernah ada
Dan kami yang mengharap cahayamu
Malah kau tutup tirai langit nan kelabu
Kau biarkan kami berpeluh bekerja untukmu
Kau tampung peluh kami, untukmu sendiri
Tak kau berikan sedikitpun cahaya matamu

Jangan datang jika kau tak ingin datang
Andai kau adalah kami, apa kau juga seperti ini?

Api emosi terus menjalar, semua tersambar
Kucoba meredam, aku tak bisa diam
Jangan kau pikir kami ini boneka!
Tapi jika kami ini memang boneka
Kami TERBAKAR !
Jika kami terbakar, apa kau akan menangisi kami?
ApKaa kau akan kehilangan kami?
Apa kau akan memeluk kami yang telah abu?
Hentikan sinetron busukmu itu!
Hentikan sandiwara yang tak layak itu!

Kami MUAK!
Kami tahu tentang TOPENG itu!
Kami tahu apa yang ada di balik TOPENG itu!

Hai, MUNAFIK!
Puaskah kau telah mencabik habis kami?
Memakan hati kami?
Meminum peluh kami?
Merobek lembaran tubuh kami?


JANGAN DATANG JIKA KAU TAK INGIN DATANG
Andai kau adalah kami, apa kau juga seperti ini?
  

~Inas Yaumi Aisharya~
Sabtu malam, 26 Maret 2011



Kata-katanya mengerikan banget. Ketauan kalo lagi bener-bener kecewa. Kapan ya bisa serius bikin kayak gini lagi? Hmmm...........

03-04-2014  23.40

Rabu, 02 April 2014

Sosok Kecil yang Inspiratif

Aku selalu percaya bahwa sosok inspiratif selalu ada di mana pun kita berada. Di mana pun ketika kita bisa membuka pikiran kita bahwa ia, atau mereka adalah inspirasi. Siapa pun mereka.

Seperti beberapa sosok yang akan aku ceritakan di postingan kali ini.

Ku menatap matanya tanpa sengaja
Kuulurkan tanganku ketika pertama kali menyapa
Kecil sosoknya
Besar jiwanya
Kecil matanya
Terang sinarnya
Ia buka hatiku secara perlahan
Bahwa ia ingin menjadi sosok yang apa adanya
Dengan tiada beban di garis tawanya
Bahwa ia ingin menggapai bintangnya
Dengan lompatan yang setinggi-tingginya

Merekalah peserta didik di sebuah SD Negeri di Kota Surabaya. Kebetulan yang aku dan teman-teman kunjungi saat itu adalah kelas 5nya dalam rangka pelaksanaan agenda mengajar. Berhubung kami adalah mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, jadi yang kita ajar, hm, beri tahu kepada mereka adalah wawasan mengenai lingkungan hidup dan perkotaan, lebih mengerucut lagi kepada kawasan sejarahnya.
Aku mendapat bagian menjadi penanggung jawab kelas 5C. Ketika aku dan teman-teman memasuki kelas, antusiasme mereka terlihat sangat tinggi. Itu dibuktikan dengan tepuk pramukanya yang mereka perlihatkan kepada kami sebelum materi dimulai. Aku sempat tercengang. Aku sempat salah tingkah. Aku sampai nggak tau harus memuji mereka seperti apa. Aku sampe nggak tau gimana caranya menyembunyikan rasa kagum yang berlebih ini.

Ada satu anak yang kupikir adalah ketua kelas. Dia sangat dominan di kelas. Namanya Radit. Aku lupa siapa nama lengkapnya. Kalau kamu ingat masa SD-mu, ketika melihat dia pasti kamu teringat sama temanmu yang paling nakal satu sekolah. Ocehannya lucu, kadang mengganggu. Tapi, ya, namanya juga anak kelas 5 SD. Mungkin dia butuh perhatian lebih, dan yang pasti dia butuh pendidikan yang luar biasa. Dari segi baik dari segi akademik, maupun psikologi.

Kover memang kadang menipu
Proses dibutuhkan jikalau tidak ingin malu
Tidak seperti aku
Ternyata kamu
Bukan sangkaanku

Kegiatan mengajar ini berlangsung selama dua hari. Setiap hari sabtu, dalam dua minggu berturut-turut. Ketika hari kedua akan berakhir, aku baru menyadari bahwa aku telah salah men-cap Radit sebagai anak yang nakal. Ternyata dia punya hati, ternyata dia peduli. Ketika kelas 5C dinobatkan menjadi juara 1 dalam perlombaan kali itu dan mendapat hadiah jajanan anak SD yang super banyak, dan ketika teman-temannya berebut untuk mendapat bagian lebih, dia bilang sama aku, “Mbak, ini sisain buat guru boleh, ya?” Aku memandanginya sesaat, kagum. Aku yang sebesar ini aja nggak peka kalau mereka akan bertemu guru di hari Seninnya. Aku langsung mengiyakan tanpa banyak tanya dan berkata.



Kecil tubuhmu
Jauh pikiranmu
Besar impianmu
Kuat jiwamu
Jauh langkahmu gapai citamu


Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sikap dan perilaku anak SD. Salah satu contohnya adalah kekuatan mereka untuk memiliki cita-cita. Bahkan selama 18 tahun ini aku nggak tau aku bakal jadi apa esok hari. Kusorot satu anak, Andika. Anak laki-laki berbadan mungil dengan senyum yang sangat manis. Aku sudah melihat bakatnya ketika pertama kali kuberi tugas untuk menggambar. Teman-temannya yang lain bahkan iri padanya karena bakat menggambarnya. Katanya, ia mau menjadi arsitek atau pelukis. Dengan jiwanya yang kuat, aku yakin pasti dia bisa mewujudkannya.

Matanya liar menatap sekitar
Kacamata tak menjadi penghalang
Justru itu adalah kekuatan
Untuk mengatakan TIDAK pada suasana yang salah
Dan IYA dalam kebenaran
Tanpa rasa gentar bertanam di benaknya

Indy namanya. Cantik, berambut panjang yang selalu dikucir kuda. Kacamatanya menambah kesan jenius pada wajahnya. Sikapnya yang tomboi sesuai dengan pikiran kritisnya yang tajam. Lidahnya langsung bergerak ketika ingin berbicara. Aku lihat nilai akademiknya nggak begitu bagus, tapi wawasannya sangat, sangaaaaaatt luas. Aku pun baru pertama kali bertemu dengan kritikus kecil, dengan kata ‘sabotase’nya yang membuatku tercengang. Gila, anak kelas 5 SD bicaranya udah kayak gini, aku aja kalah. Walaupun sikap manjanya masih terlihat, tapi aku yakin Indy berkesempatan bagus untuk menjadi seorang perubah lingkungannya.

Itu adalah beberapa anak-anak inspiratif yang paling menonjol saat itu. Bukan, bukan aku yang pilih kasih, tapi aku baru melihat beberapa. Penilaian itu butuh proses. Bisa jadi yang lain lebih inspiratif.

Air mata pun menghiasi pelepasan kami dengan mereka. Aku paling nggak suka sama perpisahan kayak gini. Foto sana-sini, minta nomor hp sana-sini, biar kelak tali silaturahmi di antara kami nggak putus.

2-04-2014 23.21