Sabtu, 20 Desember 2014

Bolehkah (Saya) Menjadi Seorang Apatis?

Ada yang belum tau apa itu Apatis?

Apatis adalah sebuah kata yang menggambarkan diri LEBIH daripada sekedar Egois. Apatis itu nggak peduli lingkungan, nggak peduli kata orang lain, nggak peduli apa kata dunia. Ini merupakan akibat dari adanya tunalaras, atau tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang.

Saya pernah membayangkan diri saya bebas, dan memiliki aturan milik saya sendiri. Betapa luar biasanya hidup jika hidup saya seperti itu. Bertapak di atas angin dan menjadikan hidup lebih hidup.

Bahagia?

Kurasa setiap manusia memiliki standar kebahagiaannya tersendiri. Tapi dengan melakukan kegiatan atas dasar kemauan dan hati diri sendiri adalah sebuah kebahagiaan. Tanpa intervensi orang lain, tidak ada sedikitpun.

Bahagia?

Semua itu tergantung penyikapan. Kadang menjadi apatis beberapa saat membuat kita berpikir dan merenung. Menyiapkan diri menjadi lebih baik. Menyadarkan diri bahwa hidup memang tak selamanya sendiri. Kata orang kan kita makhluk sosial, nggak bisa hidup tanpa orang lain.

Jadi, bolehkah aku Menjadi Seorang Apatis?

Jumat, 14 November 2014

Hari Tata Ruang 2014

#latepost

Pukul 5 pagi biasanya aku masih terbutakan oleh pagi. Namun tidak untuk hari ini. Aku dengan bersemangat bergegas menuju sebuah tempat di mana aku dan kawan-kawan lain berkumpul, kawan-kawan yang peduli dengan nasib kota-kota di seluruh dunia, terutama di Indonesia (baca: keluarga Himpunan Mahasiswa Planologi ITS). Mata yang masih terkantuk-kantuk kucoba lawan dengan niat tulusku.

Ada apa dengan hari ini?

Hari ini kami akan memperingati hari besar yang jatuh di hari kemarin.

Ada apa dengan hari kemarin?

8 November 2014
Hari Tata Ruang Nasional.

Untuk apa diperingati?

Sesungguhnya, tata ruang tidak hanya dilakukan oleh pihak eksekutif saja, namun keseluruhan rakyat Indonesia juga dapat berpartisipasi.

Bagaimana caranya?

Dengan peduli dan menjaga lingkungan di sekitarnya. Dengan mendukung program pemerintah yang memiliki tujuan baik mempercantik dan memperindah kota.

Belum tau yaaaa?

Hm, makanya kami--aku dan teman-teman--melakukan sebuah gerakan Aksi di Hari Tata Ruang, yaitu sebuah gerakan yang memperkenalkan Tata Ruang dan Hari Tata Ruang kepada orang banyak.


Pawai Kami
Setelah aku dan teman-teman berkumpul di sebuah lokasi, kami bersama-sama meuju lokasi untuk melakukan aksi, yakni di Taman Bungkul Surabaya yang pada pagi itu sedang ada kegiatan Car Free Day. Tidak hanya aku dan teman-teman, anak-anak jalanan yang berada di bawah naungan Save Street Child Surabaya--yang selanjutnya disebut SSCS--pun juga turut memeriahkan. Ini sebagai rangsangan kepada masyarakat bahwa adik-adik yang notabene masih duduk di bangku SD saja sudah mau peduli memikirkan nasib kotanya.

Penggalangan Tanda Tangan
Acara dimulai dengan melakukan pawai dengan menyanyikan yel-yel serta membawa spanduk dan banner yang memperkenalkan Hari Tata Ruang. Selain itu juga ada peraga yang membawa hasil karya dari teman-teman Instameet, yakni karya fotografi sudut Kota Surabaya, juga ada pameran gambar kota impian dari adik-adik SSCS. Acara dilanjutkan dengan pemberian informasi kepada  penikmat Car Free Day hari itu dan menggalang tanda tangan sebagai bukti bahwa orang tersebut telah mengetahui dan mendukung jalannya Tata Ruang di Indonesia, khususnya Kota Surabaya.

Di tengah penggalangan tanda tangan tiba-tiba ada komunitas anak-anak yang menawarkan dirinya untuk mengiringi yel-yel kami dengan barang bekas dan egrang. Lagu dinyanyikan dengan semangat dan meriah. Salah satu dari mereka juga membacakan puisinya yang berjudul "Kota Impian".

Pengiring dengan Barang Bekas dan Egrang
Dari penggalangan tanda tangan dan pengumpulan aspirasi masyarakat, rata-rata penduduk Kota Surabaya mengharapkan Kota Surabaya ke depannya memiliki jaringan dan sistem transportasi yang baik, sehingga tidak lagi muncul fenomena macet di Surabaya. Harapan lainnya adalah Kota Surabaya memiliki vegetasi yang lebih banyak lagi sehingga tercipta kesan asri bagi Kota Surabaya. Harapan terakhir adalah semoga Kota Surabaya bisa menjadi kota terbaik di dunia Internasional!
Foto Bersama
Acara ditutup dengan pembagian souvenir kepada adik-adik SSCS dan sarapan pagi. Tak lupa kami mengabadikan momen seru ini dengan kamera-kamera pribadi kami. Kami pulang dengan rasa bangga dan puas karena bisa memberikan manfaat kepada orang banyak tentang pentingnya penataan ruang.

Semoga apa yang menjadi harapan orang-orang banyak di kota ini terwujud dengan adanya Penataan Ruang yang baik. AAMIIN!
 

Sabtu, 01 November 2014

Lingkungan Hidup (Kerusakan Alam)

Kau yang
Bermandikan Harta
Berkawankan kemewahan
dari mana kau dapatkan semuanya?

Dari pohon yang kau tebang?
Dari hewan yang kau bunuh?
Dari tanah yang kau tandus?
Dari air yang kian kering?
Dari sungai yang kian kerontang?
Dari hutan yang engkau jadikan kebakaran?
Dari asap tebal pohon yang dibakar?

Apakah kau tak ingat?
Masih ada anak cucu kita

yang mengharap udara segar
Mengharap kesejukan alam
Mengharap keindahan dunia
Mengharap hijaunya daun
Mengharap rindangnya pepohonan

Tidakkah kau sadar?
Ada banyak nyawa yang kau ambil
Ada banyak harapan yang kau renggut

Wahai para perusak alam!

Ingatlah pada hukum alam

Kita butuh alam yang indah
Kita butuh alam yang sejuk
Kita hidup dalam alam
dan kita bergantung pada alam

Jagalah alam,
Seperti kau menjaga rumahmu sendiri

Karena alam kita
adalah
Alam anak cucu kita

by. Musa, 12 tahun. Salah satu anggota komunitas Save Street Child Surabaya di acara HMPL Mengajar part II.

Kamis, 04 September 2014

Gabut!

Gabut.

Gabut telah merubah artian namanya menjadi sesuatu yang lain. Mirip, tapi tidak serupa.

Gabut merupakan singkatan dari Gaji Buta. Setau saya, dulu namanya itu "Magabut" atau Makan Gaji Buta. Karena kepanjangan jadi dipendekin jadi gabut.

Gabut disebutkan ketika ada orang yang seenaknya sendiri nggak melakukan apa-apa tapi mendapatkan kompensasi yang besar. Tidak adil!

Dulu waktu SMA gabut ditujukan kepada guru-guru yang jarang masuk.

Kalau lagi teamwork, gabut digunakan ketika ada orang yang santai-santai tapi dapat apresiasi kerjanya. Huft menyebalkan.

Lama-kelamaan, gabut tersebut menjadi kata yang digunakan untuk orang yang tidak melakukan apa-apa, bahkan tidak mendapatkan apa-apa dari kerjaannya itu.

Contohnya ada di kalimat ini: Aku gabut hari ini, nggak ngapa-ngapain di kosan.

Padahal dari ke-nggak-ngapa-ngapain-nya ini dia nggak dapat apa-apa. Kenapa dibilang gaji buta? Gajinya aja nggak dapat.

Sekian.

Sekian pemikiran saya yang sedikit rumit.

Senin, 01 September 2014

Maka Nikmat Tuhanmu Manakah yang Engkau Dustakan?

Aku mau cerita.

Dua hari yang lalu aku pergi ke sebuah supermarket di suatu kawasan di Surabaya. Niatku mau membeli minuman dingin. Berbeloklah aku ke arah kiri, tempat biasa kulkas yang berisi minuman itu berada. Aku kaget waktu aku sampai di tikungan gang kulkas.

Aku melihat seorang laki-laki sedang berlutut sambil bercanda dengan teman di sebelahnya yang berdiri. Aku mikir, anak ini kurang kerjaan banget ndelosor di supermarket macam ini. Setelah temannya mengambil sebotol minuman, laki-laki itu sedikit menggerakkan badannya sampai terlihat tangannya.

Terkesima aku melihat laki-laki itu. Ternyata kakinya memang tidak bisa menopang badannya. Tangannya pun terlihat tidak tumbuh sempurna. Tapi dia masih tertawa dengan temannya.

Dan satu hal, wajahnya terlihat oriental. Di mana biasanya di Surabaya (nggak tau kalau di tempat lain) orang-orang berwajah seperti itu terlihat sempurna dengan gaya dan bajunya yang modis. Inilah bukti bahwa Allah itu tidak pilih kasih, guys!

Hm, ada cerita serupa.

Besoknya, setelah rapat dan persiapan untuk hari esoknya lagi, aku dan temanku membeli makan malam. Aku belum pernah ke tempat ini sebelumnya (padahal dekat sama kosanku). Maklumlah anak kos, jadi makan penyetan aja, yang murah.

Setelah pesan ke Bapak yang menyambut kami, dia langsung melayani kami dengan mengambil lauk pilihan kami. Awalnya biasa aja sih aku ngelihatnya, eh setelah diperhatikan kok dia selalu menggunakan tangan kirinya.

Ternyata tangan kanannya tidak sempurna. Aku nggak tau apa penyebabnya, intinya tangan kanannya tidak bisa digunakan kecuali untuk menjepit uang saat penghitungan.

Dua hari berturut-turut. Aku kagum aja sama orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik tapi masih semangat menjalani kehidupannya. Menuai senyum dan tawa. Berpeluh demi mempertahankan nyawa.

Ah, apakah kita nggak malu dengan mereka? yang tinggal ongkang-ongkang kaki terima uang dari orang tua? yang tinggal berleha-leha lalu mendapatkannya seketika? yang masih berkeluh kesah ketika tertimpa masalah yang nggak seberapa?

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

Senin, 07 Juli 2014

Ramadhan yang Dirindukan

Sudah masuk hari ke-10 Bulan Ramadhan.
Dan apakah kerinduan kita sudah terbayar? Kurasa belum.

Satu pertanyaan, kenapa sih kita rindu Ramadhan? Apa yang kita rindukan?

Hm, mungkin suasananya yang berbeda dari bulan-bulan yang lainnya. Rutinitas yang berbeda dari  hari-hari biasanya.

Bangun-Makan Sahur-Sholat Subuh-Baca AlQur’an-Tidur lagi-Baca AlQUr’an lagi-Buka Puasa-Sholat Tarawih

Suasana yang selalu ramai dan dimanfaatkan untuk berkumpul. Entah bersama keluarga, atau teman terdekat.  Entah sebentar atau lama. Entah pagi, siang, atau malam hari.

Ajakan buka bersama selalu berbondong-bondong datang. Dalam satu minggu bisa jadi terdapat lebih dari tujuh ajakan untuk berbuka puasa bersama.

Datang di awal waktu, setelah Ashar biasanya. Dan berakhir malam hari, bahkan melewati jam sholat Isya dan sholat tarawih dengan alasan, Kapan Lagi Kumpul Bareng? Pulang kemalaman dan ketiduran sehingga melewati waktu Subuh. Janji kepada diri sendiri One Day One Juz Pun terabaikan.


Apakah ini Ramadhan yang kita rindukan?

Kamis, 03 Juli 2014

Ngabuburit

Sejujurnya, saya bingung mau menulis apa pada postingan kali ini.

Saya nge-blog ini dalam rangka ngabuburit.

Ini adalah akibat dari nggak adanya acara TV yang seru.

Nggak adanya temen yang ngajak main.

Serta nggak adanya pacar yang ngajak jalan.

#eh #puasaloh

Sekian.

Senin, 16 Juni 2014

PERSEGI

Wahai Persegi...
Pedulikah aku dengan rupamu yang mulai reyot direnggut usia
Bentukmu yang tak lagi selaras dengan nama
Warnamu yang terus memudar
Takkan meruntuhkan pesona yang masih gemilang
Tidak mungkin menutupi auramu yang nyaman

Wahai persegi...
Aku rindu mengetuk persegi panjangmu yang terbuat dari kayu
Yang berdiri kokoh di depanmu seakan ingin selalu menjagamu
Aku rindu menapaki  barisan persegi-persegi kecilmu
Yang sejuk dan menjalankan aliran istimewa

Wahai Persegi...
Aku mungkin takkan lagi melakukan jejak demi jejak di dalammu setiap saat
Aku mungkin takkan lagi membuka penjaga persegi panjangmu setiap hari
Aku pun kini sedang bersama persegi lain yang lebih rupawan.

Tapi persegi,
Aku selalu ingin pulang
Aku selalu ingin menciptakan tawa di dalammu,
Bersama mereka.

 

INAS YAUMI AISHARYA 14 JUNI 2-14 21.40

Senin, 09 Juni 2014

Ibu Jerapah

Ibu. Ah, semua Ibu memang tidak ada yang tidak memperjuangkan hidup anaknya. Tidak ada yang membiarkan anaknya terlantar, atau mati kedinginan.
 
Ketika Ibu-ibu manusia ditakutkan oleh pertanyaan, “bagaimana anakku nanti ya?” yang kadang disebabkan oleh media yang sering menayangkan kelainan pada anak, penyakit pada anak, ini lah, itu lah. Namun bagaimanapun anaknya nanti, seorang Ibu akan mati-matian berjuang menghidupi anaknya, dengan keteguhan.
 
Bagaimana dengan Ibu jerapah? Apakah ia akan diresahkan oleh kabar-kabar tentang anak lain melalui media? Apakah dunia jerapah memiliki televisi untuk dilihat bersama-sama? Mungkin tidak. Tapi keresahan akan lebih terasa oleh seekor jerapah. Bagaimana tidak, dengan kondisi tubuhnya yang tidak mungkin melakukan kegiatan duduk di tanah akibat takut dimangsa, ibu jerapah harus resah memikirkan bagaimana anaknya lahir nanti.
 
Bayangkan, jika kepalanya yang keluar terlebih dahulu, lehernya akan retak karena ditopang oleh bagian tubuh lain. Jika kepalanya keluar terakhir, maka lehernya juga akan retak karena berat badannya menarik kepala dan lehernya keluar.
 
Lalu? Bagaimana bisa Si Bayi jerapah itu bisa lahir dengan selamat? Ternyata panggul belakang jerapah yang berukuran amat lebih kecil daripada bahu depan dan panjang lehernya berukuran cukup untuk memungkinkan kepala melalui rahim dan mendarat di panggul belakang. Kaki belakang keluar dulu untuk menjaga jatuhnya bagian tubuh yang lain. Kepalanya disokong dan dibantali oleh panggul belakang, dan lehernya lumayan lentur, memungkinkan lengkokan tajam di sekitar bahu depan. Hal itu disusul oleh berdirinya bayi jerapah dengan anggun di antara kaki induknya.



See? Semua ibu memiliki keresahan yang amat kepda masa depan buah hatinya. Dan semua Ibu percaya, apapun dan bagaimanapun anaknya lahir nanti, pasti ada Tuhan yang maha bijak yang pandai mengatur proses dan hasilnya.
 
Satu lagi, kecongkakan jerapah yang terlihat dari menonjolnya diri di antara satwa yang lain bukan atas kesombongan dirinya. Toh jerapah tetap menjalani perjuangan untuk mempertahankan hidupnya dan generasinya.

Selasa, 03 Juni 2014

Memancing Kebahagiaan

Siapa di sini yang tidak bahagia? Ayo acungkan tangan!!

Ah, sebenarnya semua orang itu bisa bahagia, kok. Karena bahagia itu mudah, karena bahagia itu ada ketika kita bisa bersyukur.

Itu kuncinya: BERSYUKUR!

Jadi, apakah bahagia itu perlu untuk dipancing? Jelas iya. Bagaimana caranya? Ya, bersyukur itu tadi.

Muter-muter? Oke maafkan daku :)

Sebenarnya bahagia itu sederhana, loh! Bahagia itu bisa datang dari mana aja. Bahagia itu nggak mesti pergi dengan orang terkasih, kok. Bahagia juga nggak mesti melakukan suatu hobi. Justru kebahagiaan itu yang akan menimbulkan sebuah hobi, mungkin.

Aku mau membahas tentang kalimat: Bahagia nggak mesti melakukan suatu hobi.

Ya, siapa di sini yang nggak bahagia kalau udah melakukan hobinya? Pasti semua bahagia, kan? Padahal bahagia itu nggak mesti melakukan apa hobimu. Yang penting bisa mensyukuri apa yang sedang dilakukan dan menikmatinya, semua bisa bahagia.

Seperti aku tanggal 29 Mei 2014 kemarin. Aku diajak memancing sama teman-temanku di sebuah tempat di Jawa Timur. Ini mancing ikan beneran, lho, rek, bukan mancing perkara apalagi mancing cowok huahahaha. Kalau dipikir-pikir, ngapain juga mancing, nunggu lama, belum tentu juga dapat ikan. Pasti ada deh yang mikir kayak gitu. Hayo ngaku!

Mancing kali ini kami targetkan mendapat kuran lebih 40 ikan bandeng. Buat apa? Jadi malamnya itu ada acara angkatan. Kami bakal makan-makan seangkatan dari hasil mancing itu.

Kami datang bersembilan. Karena yang lain cowok dan ceweknya cuma aku sama Nisa, jadi aku sama Nisa nyewa satu pancing buat berdua.

Aku sama sekali belum pernah mancing sebelumnya. Bolak-balik diajarin  ngelempar umpan nggak bisa-bisa, sampai-sampai diketawain sama Bapak-bapak di sebelah. Sumpah malu banget. Akhirnya karena aku malu, kuminta Nisa yang ngelempar umpan.

STRIKE!

Ikan hasil pancinganku :)
Nisa menyadari itu tapi Nisa nggak sanggup narik pancingnya. Sekarang gantian aku yang kerja: NARIK PANCING! hahaha kerja sama yang baik dengan Nisa! Aku dan Nisa berhasil menangkap lima ikan Bandeng dengan ukuran beragam.

Entah apa yang membuat aku senang hari itu. Mungkin aku melakukan suatu kegiatan pertama kali dengan girang, makanya aku senang. Sumpah aku senang banget hari itu!!


Aku dan teman-teman: (dari kiri) aku, edwin, ali, nisa, ade, fadli.
Ikan hasill pancingan kami. 14,7 rek!
Kalau ditotal-total dengan hasil pancingan teman-teman lain, kami membawa pulang 14,7 kilogram ikan bandeng dengan jumlah ikan 38. Dari jam 09.00-14.00. Pulangnya kami makan ikan Napoleon di warung dekat tempat pemancingan sambil menunggu ikan hasil pancingan kami dicabut durinya.

Padahal memancing bukan hobiku. Tapi aku bahagia karena aku bisa bersyukur dan menikmati kegiatanku hari itu :)

BONUS FOTO:

Kondisi di belakang tempat kita makan: perahu berlalu-lalang

Pulangnya kita lewat sebelah landasan pesawat, loh. cuma ini foto timingnya gak pas aja:(

Ini foto tambak yang kita lewatin


Jumat, 23 Mei 2014

Taman Mantan

Aku adalah mahasiswi ITS Surabaya.

Anak-anak ITS ini sering banget ngadain acara di sebuah tempat. Tempat ini bisa langsung ditemuin sesaat setelah masuk gerbang utamanya ITS. Jurusan yang berhadapan langsung sama tempat ini adalah Teknik Lingkungan dan Teknik Sipil. Arsitektur? Hm, deket sih, lumayan. Yang jelas, kalau naik kendaraan, lokasi ini terletak sangaaaaaaatt jauh dari jurusanku.

Tempat ini suka rame kalo ada event2 gitu. Baik ITS yang ngadain, atau bukan.

FYI aja, tempat ini adalah neraka bagi mahasiswa baru. Apalagi yang baru merasakan tinggal di Surabaya. hahaha

ya, anak ITS pasti taulah, nama tempatnya adalah TAMAN ALUMNI.

alias

TAMAN MANTAN

Heits, jangan disamakan secara langsung ya. Nanti kalimatnya jadi gini: "Eh, alumnimu ada berapa?" kan nggak enak.
Alumni adalah mantan, tapi mantan belum tentu alumni.

Karena Alumni adalah Mantan
Mereka sama-sama pernah singgah, cuma tempatnya aja yang beda.
Mereka pernah singgah lalu pergi, nggak tau bakal balik lagi atau enggak. Nggak tau bakal menyisakan sejarah atau enggak.

Rabu, 14 Mei 2014

Long Distance Friendship

Waktu benar-benar berjalan begitu cepat. Kami yang bermula dari perpencaran, lalu menemui persatuan, dan kini berpencar lagi. Yah, waktu membawa kami ke wujud yang berbeda, sifat yang bebeda, namun ini masih kami yang dulu, kami yang mendewasa. :")

Spesial buat sahabat-sahabatku yang nggak pernah lost contact dari dulu. Mungkin kalo istilah pacaran ada yang namanya Long Distance Relationship, kalo kita ini Long Distance Friendship.

Dan inilah sahabat-sahabatku. dari kelas 2 SD sampai sekarang.

1. Shasa
Annuru Agaridza. Teman pertamaku di Bekasi, dan kita sama-sama pindahan dari Semarang! beda sekolah, sih.hahaha kita sempet dikira saudaraan sama orang-orang, soalnya logat kita yang jenis medoknya sama, dan karena dia adalah temen pertamaku aku jadi dekeeeeett banget sama Shasa ini. Waktu SD, kita jadi saingan gitu kalo pelajaran, tapi kita tetep temenan, kok. Shasa ini orangnya bossy abis, dari kecil juga. Hm, mungkin sampe sekarang. hehehe peace :p dari dulu sukaaaaaaa banget sama warna pink. dan aku suka kamarnya Shasa yang sekarang :3
Shasa itu curang, waktu SMP dia ikut kelas aksel. Jadilah dia lebih dulu sekolahnya dibanding kami.

2. Ajeng
Rahajeng Ayesha Abdella. Si Manis dari jembatan Ancol! hahaha. Percayalah, dia punya muka kayak orang Jepang waktu kecil. Aku sama Ajeng bertengkar mulu waktu dulu. Ya main, terus tengkar. Susah banget akurnya.hahaha Aku pernah dicakar sama Ajeng gara-gara aku ngeledekin dia. Dikit lho padahal ngeledeknya. Terus aku nangis. Aku terlalu sensitif, jeng!
Sampe liburan terakhir kemarin Ajeng masih setia sama sepedanya dia itu. Itu yang bikin aku kangen. Malem-malem ke rumah tiba-tiba ada panggilan, "Inaass!" hahaha. Suka minta diajarin matematika dan fisika. Belajar sih, tapi ujung-ujungnya gosip juga. Ajeng ini DIRECTIONERS!!!!!
Punya pacar namanya Ega! Ega ini berondong, loh! wkwkw Pernah suatu saat aku sama Ajeng lagi nyari DVD buat mengisi liburan yang kosong, eh kita ternyata dibuntutin sama Ega :"" Serunya yang punya pacaaaaarr hahaha.

3. Anis

Raden Ayu Annisa Fitriani Amalia. Wuiihhh, namanya kayak kereta, ya! Anis ini super-duper cantik. Kalo Ajeng dari jembatan Ancol, kalo ini...hmmmm...... si cantik dari Goa Hantu! wkwkwk
Anis waktu kelas 2 sama 3 nggak satu sekolah sama kami. Tapi karena rumah kami deketan jadi yaaa masih sering main, lah. Baru deh kelas 4 Anis bersekolah di sekolah yang sama denganku, Shasa dan Ajeng.
Asli Palembang! Ibunya jualan pempek dan tekwan. Serunya kalo main ke rumah Anis suka disuguhin Pempek sama Tekwan! hahaha
Anis adalah orang yang paling sibuk di antara kami berempat. Susaaaaaahh banget dicariin kalo pas liburan. Tapi sekalinya main, betah banget dah di rumah Anis, sampe lupa pulang malah. hahaha
Pernah suatu saat aku sama Anis lagi main berdua aja. Aku ngelihatin Anis lagi nyolek sebuah sambal yang bertengger di dapurnya. Itu sambal hijaunya nasi padang! dan aku ikutan. Kita colek-colek sampai habis. Bukannya udahan pas udah habis, malah beli lagi di warung Nasi Padang. BELI SAMBELNYA DOANG!


Sewaktu SD, kami sering banget tuker kado. Entah ada event atau enggak, bahkan saking kreatifnya kami pernah main tuker permen. Semacam tuker kado, tapi ini permen dan ada permainan dibalik "tukeran" itu.
Percayalah setelah lulus SD kami bersekolah di sekolah yang berbeda. Shasa aksel pula :" tapi kami tetap menyisakan waktu di akhir minggu untuk menghabiskan waktu bersama.
SMA-nya beda-beda lagi juga. Shasa sama Anis satu sekolah, sih, tapi kan beda angkatan. Tapi tetep aja nggak ada alasan buat nggak main. Minimal sebulan sekali.

Shasa sekarang kuliah di Komunikasi UNDIP
Ajeng sekarang kuliah di Sosiologi UIN Jakarta
Anis sekarang kuliah di Kebendaharaan Negara STAN
dan aku di Perencanaan Wilayah dan Kota ITS

Nggak mau tau kalo pada pulang ke Bekasi harus maiiin!!!  Siapkan cerita yang banyak, ya, kawan! Sampai jumpa :""""DDD

Selasa, 29 April 2014

Tentang aku

Mau tau pandangan orang lain tentang aku?
"enggak tuh"
"yaudah gak usah" huhuuuu *ngerengek nangis di bawah shower*

buka  ini!!

jadi yang sudah berani-beraninya mendeskripsikan aku ini namanya memes. mega suryaningsih. dia mau banget ditulis di blog-ku. tapi aku belum mood. entar ajalah yaaaaaa hahaha :*

Kamis, 24 April 2014

Ini adalah Malam

Ini adalah malam
Yang menyisakan sayup-sayup bekas suara hujan
Malam yang terus meredup
Menyisakan aku dalam keheningan
Membiarkan aku menutup mata dan bergulat dalam pikiran

Ini adalah hujan
Yang menyeret kenangan-kenangan
Hujan rintik yang masih tersisa
Meleburkan aku dalam kenangan, dan terhapus oleh hujan
Menyatukan aku dengan kenangan, dan menjatuhkan aku dalam diam

Ini bukan salah malam,
Ini juga bukan salah hujan.
Aku juga tidak menyalahkan kenangan
Tapi kenangan membawaku dalam sebuah kisah
Ketika kamu terhanyut dalam air mata,
Ketika aku terhentak oleh lara,
Kamu dan aku menyatukan kekuatan di atas itu semua

Hanya dalam satu gertakan, semua itu musnah
Tidak lagi kuhirup aroma lembutmu

Hanya dalam satu kali malam dan satu kali hujan
Yang masih terus meredup dalam rintik yang tersisa
Aku dan kenangan terlebur,
Membawaku terjatuh dalam diam.


buat orang yang pengen dirinya ditulis di blog-ku. nggak usah sebut nama kali, ya.hehe
Aisharya, 24-04-2014 18.45

Sabtu, 19 April 2014

Ini Malam Minggu, Bro!

Ini malam minggu, Bro!

Niatnya cuma di kosan.

Niatnya cuma main laptop di kosan.

Niatnya cuma main laptop terus tidur di kosan.

Niatnya cuma main laptop terus tidur terus bangun pagi di kosan.

Tapi karena niat itu nggak seberapa kuat dengan godaan ajakan keluar yang diajukan oleh seorang temanku, akhirnya aku keluar dari kosan.

Keluar dari kosan.

Keluar dari kosan niatnya cuma mau makan malam.

Keluar dari kosan niatnya cuma mau makan malam di sekitar Surabaya.

Faiz namanya, yang menghancurkan semua niat-niatku.

17.50
F : Nas, nganggur gak lu? Mau keluar gak?
18.01
I : Ayo, habis isya aja ya
18.02
F : mau kemana enaknya?
18.12
I : terseraaahhh..........

gak dibales

18.35
I : sutos dah yuk. belum pernah kan lu kesana? gak ada apa-apaan sih.

gak dibales

18.59
I :  jadi gak? kalo jadi gua siap-siap nih

19.31
F : Nas, jadi gak nih??

Dan Delivery Report sms-smsku yg nggak dibales tadi baru bermunculan.

19.31
I : Astagaaaaa kenapa baru pada deliv sms guaa. Ayo dah jadiin

19.32
F: Ya udah, ayo jalan. Gua siap-siap

19.36
I : Gua juga

19.40
F : Nas gua otw
 
19.55
F : Nas, gua udah di depan kos lu


Berangkatlah kami, padahal si Faiz belum menentukan mau ke mana tujuan kita. Dia menyatakan bahwa dia nggak mau ke sutos, tapi pengen tau Sutos itu di mana. Tapi dia juga nggak tau mau makan di mana kita.

Aku nurutin maunya dia. Kita caw ke Sutos. Habis gitu kita sama sekali nggak tau mau makan di mana. Aku ingat-ingat kalo di Jalan Walikota Mustajab itu banyak makanan. Melaju lah kami ke sana. Ternyata nggak begitu banyak, bahkan banyak yang tutup. Tapi ada Sate Klopo yang asapnya mengepul sampai ke jalanan. Tapi kami kebablasan. Sambil memutar arah kubilang ke Faiz kalo (katanya) Sate Klopo yang tadi itu enak. Setelah memutar arah sebelum sampai di Sate Klopo, ternyata kami berdua baru ingat kalau kami belum ambil uang di ATM! Putar arah lagi lah kami cari ATM.

Akhirnya ATMnya ketemu, tapi ternyata sulit kalau mau berbelok ke Sate Klopo tadi setelah keluar dari ATM. Si Faiz nyeplos, "Sidoarjo dah yuk. Daripada bingung." Aku melihat jam: 21.05. Dan seketika aku balas, "Ayo dah". Faiz nggak percaya, "Serius, lu." Kujawab, "Yee, gue diseriusin. Ya serius, lah!"

Motor kami melaju dengan cepat ke Sidoarjo. Padahal di antara kami nggak ada yang tau mau makan di mana kalau di Sidoarjo. Ya, pokoknya jalan.

Nyampe tengah kota Sidoarjo (kayaknya sih tengah kota), aku melihat tulisan sangat menarik: Spesial Iga Bakar. Letaknya di jalan KH Mukmin no.31 Sidoarjo. Aku dan Faiz langsung memastikan bahwa kami akan makan malam di sana.

Jam menunjukkan pukul 21.50 ketika kami sampai di sana. Dan tempat makan itu tutupnya jam 22.00. Kami adalah pengunjung terakhir! hahaha

Aku pesan Iga Bakar Cabe Ijo (28K), Jus Stroberi (10K), sama Air Mineral(4K).
Faiz pesan Iga Penyet (28K), sama Jeruk Manis Hangat (8K).

Pesanan kami belum sampai di meja mas-mas petugas udah naroh plang tanda tempat makan di tutup, lho. Fix banget kan kalau kita itu pelanggan terakhir! hahaha

64K + 22 K = 66K :D
Selesai makan, aku minta bill.

"Enam puluh enam, mbak," kata mas-mas petugasnya. Aku ambil bill-nya. Aku lihat, aku mulai curiga. Tapi aku diam aja, nggak mau bicara, dan berpikir Mungkin mereka punya perhitungannya sendiri. Aku langsung mengeluarkan satu lembar lima puluh ribu, satu lembar sepuluh ribu, satu lembar lima ribu, dan satu lembar uang seribu. Uang pas!

Ketika berjalan ke parkiran si Faiz nanya dia habis berapa, buat gantiin uangku yang kubayarkam tadi. Hitung-hitung, dia habis 40K.

Pukul 22.15 kami pulang. Di jalan aku kepikiran pembayaran tadi. Total habisnya kan 66K. Kalo si Faiz 40K, masa aku cuma habis 26K padahal minumanku lebih banyak. Aku mikir. Kuminta bill yang Faiz pegang.

Ternyata si Abang petugas tempat makan salah hitung. Harusnya kami berdua habis 86K. Tapi mungkin karena udah malam dan ngantuk jadi ditulisnya 66K.

Ketika menyadari itu, posisi kami sudah jauh dari tempat makan. Nggak mungkin lah kami balik ke sana lagi, udah malam juga. Jadi, kami anggap itu sebagai kortingan karena kami adalah pelanggan terakhir.Ngakak sampai habis dah itu di motor sama si Faiz. Duh, parah, dah! Tapi alhamdulillah, Bro!

Akhirnya aku sampai di kosan jam 23.00. Langsung aku buka laptop, nggak tahan mau cerita di blog.wkwkwk



20.04.2014-00.06

Jumat, 18 April 2014

yang Tertiba, yang Didamba

yang Tertiba, yang Didamba

Di garis pantai ini aku meneriakkan lengkingan kebebasan

Di atas perahu kayu ini aku mendapatkan
sesuatu yang sering kudamba, saat terpendam emosi jiwa

Di saat mentari perlahan menyembunyikan dirinya
yang menjadikan senja berselimut oranye,
aku bercerita tentang sebuah perjalanan
untuk menggapai secuil kebahagiaan.

Perjalanan yang tertiba,
perjalanan yang didamba 


Wah, senang rasanya bisa menulis sebuah syair sederhana lagi seperti di atas. Jadi aku mau sekedar cerita perjalanan tak terduga selanjutnya. Hari ini, 18 April 2014, Pantai Camplong (lagi) bersama personil lain, secara tidak sengaja. Catat, TIDAK SENGAJA!

Kenapa di atas kubilang lagi? Baca ini. Kalau baca postinganku yang itu, pasti ngerti, lah hahaha

Tanggal hari ini adalah tanggal berwarna merah di kalender yang bertepatan dengan hari Jumat. Itu artinya, ini adalah LONG WEEKEND! Di awal aku menyadari bahwa ini adalah akhir pekan yang panjang aku malah sedih. Kenapa? Karena aku nggak bisa pulang, soalnya aku masih punya tanggungan di kampus. Aku iri banget lihat teman-teman pada pulang. Yang dari Jakarta dan sekitarnya aja pulang, apalagi yang rumahnya masih di Jawa Timur. Surabaya sepi, bro!

Bersama teman-teman rantau yang senasib, aku merencanakan liburan untuk hari ini. Sumpah, nggak ada yang ngasih kejelasan mau pergi kemana, sama siapa aja, naik apa. Akhirnya aku ajak beberapa anak buat makan siang di Bebek Sinjay, Madura. (Untuk yang nggak kuajak, aku bukannya jahat sama kamu, tapi aku mempertimbangkan keadaan yang mungkin terjadi selanjutnya. Maaf, ya) Akhirnya aku pergi juga bersama 4 orang lainnya: Afif, Dian, Selvy, Wihel. Kami berangkat sekitar pukul 13.30 gara-gara nungguin si Afif habis solat Jumat dandannya lama banget-_- hahaha

Kalau mendengar kata Bebek Sinjay pasti langsung terbayang gimana ramenya tempat itu, gimana ngantrinya. Tapi betapa beruntungnya, ketika kami ke sana, tempat makannya nggak seberapa rame kalo dibandingkan dengan hari-hari libur lainnya. Biasanya bisa sampai 2 kilometer tuh ngantrinya *lebay* hahaha. Emang masih ngantri, sih, tapi nggak seberapa, lah.

Jam masih menunjukkan pukul 3 kurang 15 menit ketika kami selesai makan. Si Wihel bilang, "mumpung di Madura, nih, ke pantai, yuk!" Aku sebenarnya ragu, soalnya cuacalagi hujan saat itu. Dian pun mau ada janji jam 6 di Surabaya. Tolak halus sana-sini akhirnya Wihel menang. Setelah solat Ashar, melaju lah kami ke Kabupaten Sampang, tempat Pantai Camplong berada.



dari kiri: aku, selvy, dian, wihel, afif



Nyampe. Tapi sayang, langitnya agak mendung. Sayang banget sunset-nya jadi agak nggak kelihatan. Tapi langitnya tetep keren banget, bro!! Nyampe di sana kami langsung naik perahu kayu yang membawa kami ke tengah laut, terus balik lagi. Foto sana-sini, ketawa sana-sini sampai setelah kami turun dari perahu Adzan Maghrib berkumandang. Kami solat Maghrib, terus langsung pulang. Dian nggak jadi janjian, soalnya orang yang dijanjiin juga masih dalam perjalanan. Dan cuma seperti itu yang kami lakukan di Pantai Camplong. Hahaha

FYI nih, Pulau Madura itu masih belum banyak pembangunan. Pulau Madura juga masih belum banyak polusi cahaya. Nah, pas perjalanan pulang dan posisi kami sedang di tengah hutannya Madura *lebay*, aku iseng ngelihat langit. Dan asal kamu tau, bro, BINTANG BERTABURAN. Berasa ditaburin bintang banyak banget. Sumpah keren! Keren banget! Hal-hal yang kayak gini nih yang jarang banget ditemukan di kota besar, soalnya cahaya kota ngalah-ngalahin kecemerlangan bintang.

Obrolan terus menerus terlontar ketika perjalanan pulang. Satu kalimat yang masih terngiang di telingaku saat ini: "Kita ini aneh, ya. Giliran direncanain matang nggak pernah terlaksana rencananya, giliran nggak direncanain malah jadi."

18-04-2014 23.36

Kota Bekasi (lagi)

Ingat postingan mengenai ini?

Tadi papa nelpon, katanya mau comment kok nggak bisa. Ternyata papa belum punya account gmail buat komen-komen tulisanku. hahaha akhirnya beliau nelpon dan bilang:

Bekasi itu dulu terkenal, lho, mbak. Kan ada puisinya Chairil Anwar yang Karawang Bekasi.

Terus aku ber a-o ria, aku juga masih nggak paham kenapa kemarin nggak kepikiran itu sama sekali. Nah postingan kali ini berisi puisinya Chairil Anwar yang Karawang Bekasi.

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
 
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)