Senin, 09 Juni 2014

Ibu Jerapah

Ibu. Ah, semua Ibu memang tidak ada yang tidak memperjuangkan hidup anaknya. Tidak ada yang membiarkan anaknya terlantar, atau mati kedinginan.
 
Ketika Ibu-ibu manusia ditakutkan oleh pertanyaan, “bagaimana anakku nanti ya?” yang kadang disebabkan oleh media yang sering menayangkan kelainan pada anak, penyakit pada anak, ini lah, itu lah. Namun bagaimanapun anaknya nanti, seorang Ibu akan mati-matian berjuang menghidupi anaknya, dengan keteguhan.
 
Bagaimana dengan Ibu jerapah? Apakah ia akan diresahkan oleh kabar-kabar tentang anak lain melalui media? Apakah dunia jerapah memiliki televisi untuk dilihat bersama-sama? Mungkin tidak. Tapi keresahan akan lebih terasa oleh seekor jerapah. Bagaimana tidak, dengan kondisi tubuhnya yang tidak mungkin melakukan kegiatan duduk di tanah akibat takut dimangsa, ibu jerapah harus resah memikirkan bagaimana anaknya lahir nanti.
 
Bayangkan, jika kepalanya yang keluar terlebih dahulu, lehernya akan retak karena ditopang oleh bagian tubuh lain. Jika kepalanya keluar terakhir, maka lehernya juga akan retak karena berat badannya menarik kepala dan lehernya keluar.
 
Lalu? Bagaimana bisa Si Bayi jerapah itu bisa lahir dengan selamat? Ternyata panggul belakang jerapah yang berukuran amat lebih kecil daripada bahu depan dan panjang lehernya berukuran cukup untuk memungkinkan kepala melalui rahim dan mendarat di panggul belakang. Kaki belakang keluar dulu untuk menjaga jatuhnya bagian tubuh yang lain. Kepalanya disokong dan dibantali oleh panggul belakang, dan lehernya lumayan lentur, memungkinkan lengkokan tajam di sekitar bahu depan. Hal itu disusul oleh berdirinya bayi jerapah dengan anggun di antara kaki induknya.



See? Semua ibu memiliki keresahan yang amat kepda masa depan buah hatinya. Dan semua Ibu percaya, apapun dan bagaimanapun anaknya lahir nanti, pasti ada Tuhan yang maha bijak yang pandai mengatur proses dan hasilnya.
 
Satu lagi, kecongkakan jerapah yang terlihat dari menonjolnya diri di antara satwa yang lain bukan atas kesombongan dirinya. Toh jerapah tetap menjalani perjuangan untuk mempertahankan hidupnya dan generasinya.

1 komentar: