Kamis, 05 Mei 2016

Ketemu Malaikat (?)

Postingan kali ini disponsori oleh teman saya dari kecil. Saya lagi cerita-cerita tentang pengalaman di Jepang. Terus kok kayaknya asik juga cerita satu ini di-post di blog.


Kejadian ini terjadi sekitar hampir dua minggu lalu. Tanggal 24-25 April 2016.

Tanggal 24 April, bertepatan dengan hari minggu. Rasanya aku sedang malas kemana-mana. Ditambah perasaan lagi mellow banget, masih homesick nggak karuan. Akhirnya hari itu kuputuskan untuk mengurung diri di kamar. Sampai-sampai aku nggak ngebukain pintu buat teman-temanku yang nge-bel kamarku. Berkali-kali. Sepanjang hari. hahaha oke aku jahat banget. Tapi ya, gini deh kalo penyakitnya lagi kumat: nggak mau diganggu!

Rasa-rasanya kok nggak berguna banget hidup kalau cuma dihabiskan di kamar. Akhirnya hari senin kuputuskan untuk keluar kamar. Masih dalam keadaan nggak mau diganggu, akhirnya aku pergi ke kampus diam-diam dari teman-teman saya, dan pergi dari kampus diam-diam.

Hari itu masih sore, tapi aku sudah bosan dengan dunia kampus. Kuputuskan untuk pergi ke Post Office, kalau bahasa Jepang -- Yubinkyoku. Pengen rasanya ngirim kartu pos ke sanak-saudara. Aku tau letak kantor pos dekat stasiun, akhirnya kunaiki bis gratis menuju stasiun dan kumenuju arah kantor pos. Nggak ada tulisan besar-besar "YUBINKYOKU", nggak ada. cuma ada lambang-lambang yang kucurigai sebagai kantor pos.

Kudekati bangunan dengan lambang itu. Aku semakin yakin kalo itu kantor pos. Tapi buat meyakinkan lagi sebelum masuk, kuberanikan diri bertanya dengan seorang ibu-ibu tua yang sudah menyelesaikan urusannya di bangunan itu.
"Sore wa yubinkyoku desu ka?" Apakah itu kantor pos?
"Hai, hai. yubinkyoku desu."
"Arigatou gozaimasu" sambil membungkukkan badan.

Kumasuki lah gedung itu.

Bingung.

Aku bener-bener nggak ngerti harus ngapain. Namanya juga random, nggak ada persiapan buat pergi ke kantor pos, apalagi buat browsing-browsing. Nggak mau berlama-lama akhirnya kutanya bapak-bapak paruh baya yang kayaknya sih petugas, tapi ternyata bukan hahaha.
Tujuanku adalah kartu pos.
"Sumimasen, pos kaado?"
Dia bingung.
Hm, kubuka kamus jepang.
"Hagaki desu--kartu pos"
"Oh, sore wa--itu" sambil nunjuk ke loket yang ada petugasnya.
"Oh hai, arigatou"

Aku jalan sekitar dua atau tiga langkah ke loket itu.
"Konnichiwa" sapanya. Mbak-mbak, kayaknya umurnya masih 25-an lah.
"Konnichiwa. Ehm...hagaki?"
Dia mengambil beberapa kartu pos.
Polos.
Nggak kayak yang aku harapkan, yang ada gambar-gambarnya gitu.
Aku nggak tau  mau ngomong bahasa jepangnya kayak apa.
Oke, buka kamus.

"Betsu no--lainnya?"
"Oh, cotto--tunggu" dia ngambil. Sama aja. Polosan. waduh, apaan yak gimana.
Aku putar otak. Aku lihat di belakang mbaknya ada gambar-gambar lucu.
"Sore wa nan desu ka? -- itu apa?" Dia ngambil yang aku tunjuk
"Sore mo hagaki desu. Ini kartu pos juga"
"Waaa ikura desu ka? -- Berapa harganya?"
Dia nulis angka 185 di kertas catatannya.
"Oh, hai, cotto." Aku milih-milih. "Kore wa--ini"
"Ehm, Indonesia, ikura desu ka"
Terus tiba-tiba dia ngeluarin perangko. Nunjuk-nunjuk. Ngomong yang aku nggak ngerti artinya. Sumpah bener-bener dah. Dia juga bingung.

Tiba-tiba ada yang nyolek aku dari belakang. Aku deg-degan. Ini beneran deg-degan. Banget. Soalnya kan aku lagi males ketemu orang yang aku kenal, kan. Takut kalo itu temenku.

Aku nengok. Mbak-mbak. Penampilannya kayak cewek Jepang pada umumnya. Rambut lurus agak coklat, mata sipit, kulit putih, nggak begitu tinggi. Dia kelihatan lagi antri buat tarik uang di ATM.

"Orang Indonesia?" Sumpah aku kaget. Orang ini pernah ke Indonesia kalik dulunya, pikirku.
"Iya." Balasku. 
"Are you okay? Bisa bahasanya?" Wah, orang ini gimana sih. Orang Indonesia kah? batinku
Aku nyengir. Aku jujur kalo kesulitan. Akhirnya aku mbak-mbak tadi ngejelasin apa yang tadi dia jelasin ke aku.
"Oalah, kamu kalo mau kirim ke Indonesia harus pake perangko itu. Yang 100 sama 120. Kalo yang internal Jepang yang 100 aja cukup"
Mulutku membentuk huruf "O".
"Tapi aku mau kirim satu aja, yang lainnya mungkin nanti" Terus dia jelasin ke mbak-mbak petugasnya. Daaan...beres!
Sambil mbak petugasnya menghitung pengeluaranku dan  membungkusnya, aku sempetin nanya identitasnya dan dia juga nanya identitasku.

Dia orang Indonesia. Pergi ke kantor pos sama Ibu mertuanya. Suaminya asli Jepang. Dia sudah 13 tahun tinggal di Jepang. Rumahnya sekitar Higashi-Omiya juga, daerah Nana-sato.

Setelah selesai dan berterima kasih-terima kasih, aku duduk buat nulis di kartu pos. Terus dia ke pintu keluar. Pergi. Hilang. Perasaan tadi dia antri ATM.

Hm, mungkin malaikat, pikirku. wahahahaaa

Akhirnya kutulis kartu pos buat keluarga di Bekasi. Menempelnya dengan perangko, dan memasukkannya ke kotak pos. Katanya, dalam 10 hari akan tiba di tempat tujuan.

Setelah itu, kulanjutkan jalan-jalan sendiriku menuju  Hikawa Shrine dekat sini. Ada. Kecil. Ceritanya di postingan selanjutnya, ya!

4 komentar:

  1. hhe.

    aku baca ini lho mbak.
    btw aku terharu, nippon negara yg pengen banget tak kunjungin.
    eh ya kamu udah kesana.

    sukses ya Inas, dari teman SD yg udah wisuda duluan :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kubelum wisuda btw, aku ke jepang exchange. Jadi ada kemungkinan lulusnya mundur hiksss :')

      Sukses juga ya, To!

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. aduhhhh pinternya anaknya budhe ini. semangat kakak.... biar tambah pinter bahasa jepangnya........
    hayo apa bahasa jepangnya

    BalasHapus