Sabtu, 14 Desember 2013

Childhood

Kangen rumah banget. Nggak sabar pengen pulang. Kalo udah nyampe rumah pasti nggak ada berhentinya cerita sama mama, papa, dan dek Anne.
  

Entah, jauh sebelum aku mengenal Kota Bekasi sebagai kampung halamanku sekarang, yang aku tau cuma Semarang. Di mana saat itu aku masih menjadi anak tunggal di keluarga kecilku. Aku yang masih polos, kecil, dan nggak tau apa-apa terbayang di benakku. Aku mengempatikan diri pada perasaan mama.

Apa yang ada di benak mama ketika melahirkan dan merawat anak kayak aku? Apapun aku, yang pasti mama pasti sangat bahagia memiliki putri kecil yang (mungkin menurut mama) cantil. Aku yang nggak bisa diam waktu kecil, sukanya main sama teman-teman dan bawa tato baru pas pulang, kalo habis main maunya minum susu nggak mau air putih.

Waktu kecil bakatku udah keliatan. Muka tembok alias nggak tau malu. Jadi MC waktu umur 4 tahun, lomba dan menang nyanyi di berbagai event, menang lomba fashion show. Aku bisa berenang dan jago matematika, waktu kecil. Dari sana sebuah kebanggaan pasti muncul di benak papa dan mama. Melalui kebanggaan, harapan pun semakin besar untuk melihat anaknya sukses kelak.

20 November 2001 merupakan hari bahagia buat kami bertiga. Aurum Chandra Neswara A.K.A Anne lahir ke muka bumi. Siapa yang nggak bangga waktu itu? Tapi lambat laun karena aku yang dulu adalah anak semata wayang papa dan mama merasa memiliki saingan untuk mendapatkan perhatian mereka. But that was no longer. Semakin dewasa aku semakin mengerti kenapa aku harus memiliki saudara. Semakin dewasa adikku pun semakin mengerti apa arti seorang kakak. Hal itu membuat setiap pertemuan dan perpisahan kami selalu diiringi dengan peluk dan cium sepasang kakak-beradik.

Seakrab-akrabnya kami berdua, masing-masing di antara kami saling memiliki kecemburuan. Adikku iri dengan bakat dan prestasiku. Tapi menurutku itu semua nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesempurnaan karakter. Ya, aku iri dengan karakter adikku.

Dari kecil aku punya jiwa yang nggak kenal takut, bahkan bisa masuk ke level nekat. Sifat keras kepala udah aku simpan dari dulu. Aku selalu mau melakukan apa yang kumau dengan caraku sendiri. Idealisme mama bahkan nggak menjadi penghalang buatku. Aku selalu punya pilihan sendiri dalam hidupku. Yang jelas aku selalu punya pertimbangan yang matang, "yang penting pada akhirnya papa sama mama senang". Walking in my way. Bahkan pilihanku untuk memilih jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS ini pun pada awalnya kurang direstui papa dan mama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar