Kamis, 27 Maret 2014

Layang-Layang

Persis kayak layang-layang. Dibiarkannya ia terbang, namun masih terikat. Terkontrol. Jangan sampai layang-layang itu beradu dengan benda lain  agar tidak putus talinya. Agar layang-layang itu tidak lepas kontrol, sampai akhirnya jatuh ke tempat yang tidak seharusnya.

Aku baru sadar ternyata layang-layang bukan hanya sebuah permainan yang seru. Lebih dari itu, layang-layang mempunyai nilai filosofis tersendiri. Aku sebenarnya udah pernah tau mengenai filosofi ini, tapi baru benar-benar merasa bahwa filosofi ini benar ya baru-baru ini.
   
 Baru-baru ini, semenjak aku lepas dari rumah. Merantau, tepat sekali. Akulah layang-layang itu.
 
Bebas. Dunia perantauan sangatlah bebas. Jauh dari pengawasan menjadi hal yang sangat istimewa. Mau ini, mau itu, terserah. Pernyataan bahwa hidup adalah pilihan tepat sekali menggambarkan kejadian demi kejadian di sini. Menjadi diri sendiri dengan keputusan sendiri adalah prinsip yang harus dipegang. Karena bisa saja karena saking bebasnya si perantau terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. Namun hal yang harus selalu diingat adalah: Bagaimana jika nanti aku pulang ke kampung halaman? Kalau aku tidak baik, mau dikata apa aku? Jauh-jauh merantau bukannya makin baik malah makin buruk. Dan yang lainnya yang bisa membentengi diri sendiri akan hal-hal yang buruk.
 
Kebebasan di sini kadang-kadang adalah hal yang sangat diinginkan bagi remaja-remaja yang nggak suka dikekang. Termasuk aku. Tapi jika diibaratkan seperti layang-layang, ketika aku meninggi di atas awan perasaan ingin jatuh selalu menghantui. Ketakutan seperti itu yang hanya dapat dihilangkan ketika dekat dengan tempat asal. Sedangkan tempat asal berada jauuuuhh di bawah, dan kamu harus benar-benar menjaga ketakutan itu agar tidak muncul dan terus menjalankan kehidupan seperti biasa.
 
Kapan pulang? Entah kapan, hal ini seakan tidak ada jawabannya. Namun yang pasti, sang pengontrol dengan layang-layangnya harus berada dalam satu pegangan yang sama. Nggak mungkin sang pengontrol tega memutus pegangan itu sebelum sang layang-layang ada di tangannya.
 
Aku adalah layang-layang. Aku kini berada di atas awan. Lokasi yang sangat jauh dari tempat asalku. Lokasi yang jauh dari pengontrolku. Namun aku selalu yakin, pengontrolku nggak akan memutus taliku sebelum aku berada di tangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar