Rabu, 02 April 2014

Sosok Kecil yang Inspiratif

Aku selalu percaya bahwa sosok inspiratif selalu ada di mana pun kita berada. Di mana pun ketika kita bisa membuka pikiran kita bahwa ia, atau mereka adalah inspirasi. Siapa pun mereka.

Seperti beberapa sosok yang akan aku ceritakan di postingan kali ini.

Ku menatap matanya tanpa sengaja
Kuulurkan tanganku ketika pertama kali menyapa
Kecil sosoknya
Besar jiwanya
Kecil matanya
Terang sinarnya
Ia buka hatiku secara perlahan
Bahwa ia ingin menjadi sosok yang apa adanya
Dengan tiada beban di garis tawanya
Bahwa ia ingin menggapai bintangnya
Dengan lompatan yang setinggi-tingginya

Merekalah peserta didik di sebuah SD Negeri di Kota Surabaya. Kebetulan yang aku dan teman-teman kunjungi saat itu adalah kelas 5nya dalam rangka pelaksanaan agenda mengajar. Berhubung kami adalah mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, jadi yang kita ajar, hm, beri tahu kepada mereka adalah wawasan mengenai lingkungan hidup dan perkotaan, lebih mengerucut lagi kepada kawasan sejarahnya.
Aku mendapat bagian menjadi penanggung jawab kelas 5C. Ketika aku dan teman-teman memasuki kelas, antusiasme mereka terlihat sangat tinggi. Itu dibuktikan dengan tepuk pramukanya yang mereka perlihatkan kepada kami sebelum materi dimulai. Aku sempat tercengang. Aku sempat salah tingkah. Aku sampai nggak tau harus memuji mereka seperti apa. Aku sampe nggak tau gimana caranya menyembunyikan rasa kagum yang berlebih ini.

Ada satu anak yang kupikir adalah ketua kelas. Dia sangat dominan di kelas. Namanya Radit. Aku lupa siapa nama lengkapnya. Kalau kamu ingat masa SD-mu, ketika melihat dia pasti kamu teringat sama temanmu yang paling nakal satu sekolah. Ocehannya lucu, kadang mengganggu. Tapi, ya, namanya juga anak kelas 5 SD. Mungkin dia butuh perhatian lebih, dan yang pasti dia butuh pendidikan yang luar biasa. Dari segi baik dari segi akademik, maupun psikologi.

Kover memang kadang menipu
Proses dibutuhkan jikalau tidak ingin malu
Tidak seperti aku
Ternyata kamu
Bukan sangkaanku

Kegiatan mengajar ini berlangsung selama dua hari. Setiap hari sabtu, dalam dua minggu berturut-turut. Ketika hari kedua akan berakhir, aku baru menyadari bahwa aku telah salah men-cap Radit sebagai anak yang nakal. Ternyata dia punya hati, ternyata dia peduli. Ketika kelas 5C dinobatkan menjadi juara 1 dalam perlombaan kali itu dan mendapat hadiah jajanan anak SD yang super banyak, dan ketika teman-temannya berebut untuk mendapat bagian lebih, dia bilang sama aku, “Mbak, ini sisain buat guru boleh, ya?” Aku memandanginya sesaat, kagum. Aku yang sebesar ini aja nggak peka kalau mereka akan bertemu guru di hari Seninnya. Aku langsung mengiyakan tanpa banyak tanya dan berkata.



Kecil tubuhmu
Jauh pikiranmu
Besar impianmu
Kuat jiwamu
Jauh langkahmu gapai citamu


Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sikap dan perilaku anak SD. Salah satu contohnya adalah kekuatan mereka untuk memiliki cita-cita. Bahkan selama 18 tahun ini aku nggak tau aku bakal jadi apa esok hari. Kusorot satu anak, Andika. Anak laki-laki berbadan mungil dengan senyum yang sangat manis. Aku sudah melihat bakatnya ketika pertama kali kuberi tugas untuk menggambar. Teman-temannya yang lain bahkan iri padanya karena bakat menggambarnya. Katanya, ia mau menjadi arsitek atau pelukis. Dengan jiwanya yang kuat, aku yakin pasti dia bisa mewujudkannya.

Matanya liar menatap sekitar
Kacamata tak menjadi penghalang
Justru itu adalah kekuatan
Untuk mengatakan TIDAK pada suasana yang salah
Dan IYA dalam kebenaran
Tanpa rasa gentar bertanam di benaknya

Indy namanya. Cantik, berambut panjang yang selalu dikucir kuda. Kacamatanya menambah kesan jenius pada wajahnya. Sikapnya yang tomboi sesuai dengan pikiran kritisnya yang tajam. Lidahnya langsung bergerak ketika ingin berbicara. Aku lihat nilai akademiknya nggak begitu bagus, tapi wawasannya sangat, sangaaaaaatt luas. Aku pun baru pertama kali bertemu dengan kritikus kecil, dengan kata ‘sabotase’nya yang membuatku tercengang. Gila, anak kelas 5 SD bicaranya udah kayak gini, aku aja kalah. Walaupun sikap manjanya masih terlihat, tapi aku yakin Indy berkesempatan bagus untuk menjadi seorang perubah lingkungannya.

Itu adalah beberapa anak-anak inspiratif yang paling menonjol saat itu. Bukan, bukan aku yang pilih kasih, tapi aku baru melihat beberapa. Penilaian itu butuh proses. Bisa jadi yang lain lebih inspiratif.

Air mata pun menghiasi pelepasan kami dengan mereka. Aku paling nggak suka sama perpisahan kayak gini. Foto sana-sini, minta nomor hp sana-sini, biar kelak tali silaturahmi di antara kami nggak putus.

2-04-2014 23.21



Tidak ada komentar:

Posting Komentar