Jumat, 18 April 2014

yang Tertiba, yang Didamba

yang Tertiba, yang Didamba

Di garis pantai ini aku meneriakkan lengkingan kebebasan

Di atas perahu kayu ini aku mendapatkan
sesuatu yang sering kudamba, saat terpendam emosi jiwa

Di saat mentari perlahan menyembunyikan dirinya
yang menjadikan senja berselimut oranye,
aku bercerita tentang sebuah perjalanan
untuk menggapai secuil kebahagiaan.

Perjalanan yang tertiba,
perjalanan yang didamba 


Wah, senang rasanya bisa menulis sebuah syair sederhana lagi seperti di atas. Jadi aku mau sekedar cerita perjalanan tak terduga selanjutnya. Hari ini, 18 April 2014, Pantai Camplong (lagi) bersama personil lain, secara tidak sengaja. Catat, TIDAK SENGAJA!

Kenapa di atas kubilang lagi? Baca ini. Kalau baca postinganku yang itu, pasti ngerti, lah hahaha

Tanggal hari ini adalah tanggal berwarna merah di kalender yang bertepatan dengan hari Jumat. Itu artinya, ini adalah LONG WEEKEND! Di awal aku menyadari bahwa ini adalah akhir pekan yang panjang aku malah sedih. Kenapa? Karena aku nggak bisa pulang, soalnya aku masih punya tanggungan di kampus. Aku iri banget lihat teman-teman pada pulang. Yang dari Jakarta dan sekitarnya aja pulang, apalagi yang rumahnya masih di Jawa Timur. Surabaya sepi, bro!

Bersama teman-teman rantau yang senasib, aku merencanakan liburan untuk hari ini. Sumpah, nggak ada yang ngasih kejelasan mau pergi kemana, sama siapa aja, naik apa. Akhirnya aku ajak beberapa anak buat makan siang di Bebek Sinjay, Madura. (Untuk yang nggak kuajak, aku bukannya jahat sama kamu, tapi aku mempertimbangkan keadaan yang mungkin terjadi selanjutnya. Maaf, ya) Akhirnya aku pergi juga bersama 4 orang lainnya: Afif, Dian, Selvy, Wihel. Kami berangkat sekitar pukul 13.30 gara-gara nungguin si Afif habis solat Jumat dandannya lama banget-_- hahaha

Kalau mendengar kata Bebek Sinjay pasti langsung terbayang gimana ramenya tempat itu, gimana ngantrinya. Tapi betapa beruntungnya, ketika kami ke sana, tempat makannya nggak seberapa rame kalo dibandingkan dengan hari-hari libur lainnya. Biasanya bisa sampai 2 kilometer tuh ngantrinya *lebay* hahaha. Emang masih ngantri, sih, tapi nggak seberapa, lah.

Jam masih menunjukkan pukul 3 kurang 15 menit ketika kami selesai makan. Si Wihel bilang, "mumpung di Madura, nih, ke pantai, yuk!" Aku sebenarnya ragu, soalnya cuacalagi hujan saat itu. Dian pun mau ada janji jam 6 di Surabaya. Tolak halus sana-sini akhirnya Wihel menang. Setelah solat Ashar, melaju lah kami ke Kabupaten Sampang, tempat Pantai Camplong berada.



dari kiri: aku, selvy, dian, wihel, afif



Nyampe. Tapi sayang, langitnya agak mendung. Sayang banget sunset-nya jadi agak nggak kelihatan. Tapi langitnya tetep keren banget, bro!! Nyampe di sana kami langsung naik perahu kayu yang membawa kami ke tengah laut, terus balik lagi. Foto sana-sini, ketawa sana-sini sampai setelah kami turun dari perahu Adzan Maghrib berkumandang. Kami solat Maghrib, terus langsung pulang. Dian nggak jadi janjian, soalnya orang yang dijanjiin juga masih dalam perjalanan. Dan cuma seperti itu yang kami lakukan di Pantai Camplong. Hahaha

FYI nih, Pulau Madura itu masih belum banyak pembangunan. Pulau Madura juga masih belum banyak polusi cahaya. Nah, pas perjalanan pulang dan posisi kami sedang di tengah hutannya Madura *lebay*, aku iseng ngelihat langit. Dan asal kamu tau, bro, BINTANG BERTABURAN. Berasa ditaburin bintang banyak banget. Sumpah keren! Keren banget! Hal-hal yang kayak gini nih yang jarang banget ditemukan di kota besar, soalnya cahaya kota ngalah-ngalahin kecemerlangan bintang.

Obrolan terus menerus terlontar ketika perjalanan pulang. Satu kalimat yang masih terngiang di telingaku saat ini: "Kita ini aneh, ya. Giliran direncanain matang nggak pernah terlaksana rencananya, giliran nggak direncanain malah jadi."

18-04-2014 23.36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar